Gambar Sampul SEJARAH · Bab 4 Sumpah Pemuda
SEJARAH · Bab 4 Sumpah Pemuda
Sardiman AM, dan Amurwani Dwi

24/08/2021 13:52:29

SMA 11 K-13 revisi 2017

Lihat Katalog Lainnya
Halaman

177

Sejarah Indonesia

BAB 4

Sumpah Pemuda dan Jati Diri

Keindonesiaan

“Hasrat untuk meraih kemajuan bangsa Indonesia muncul ketika banyak pemuda

telah mengecap bangku sekolah, baik dalam maupun luar negeri. Selain itu,

munculnya surat kabar telah memupuk kesadaran berbangsa dari seluruh lapisan

masyarakat bumiputra. Kesadaran ini makin tampak dengan banyaknya organisasi

kaum muda, yang mengarahkan tujuannya untuk membentuk suatu bangsa dan

negara yang merdeka”

Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), Indonesia Dalam Arus Sejarah VI (2012)

K

utipan di atas menunjukkan bahwa kaum muda terpelajar mempunyai

peranan yang cukup penting bagi kesadaran untuk mencapai kemajuan

dalam kehidupan berbangsa. Dalam catatan sejarah dapat diingat bagaimana

peran para pemuda dan kaum terpelajar. Hal ini tampak jelas terutama setelah

dilaksanakan Politik Etis di Indonesia. Dibukanya program edukasi telah

membuka jalan lahirnya kaum muda terpelajar yang kemudian menggerakkan

kesadaran kebangsaan sehingga melahirkan gerakan kebangkitan nasional

di Indonesia. Puncaknya adalah terjadinya peristiwa Sumpah Pemuda yang

telah meneguhkan tiga pilar jati diri keindonesiaan: tanah air, bangsa, dan

bahasa Indonesia.

Setelah berhasil menggelorakan Sumpah Pemuda, hampir setiap momen

perubahan dan pembaharuan di Indonesia tidak pernah lepas dari peran

pemuda. Sebut saja peristiwa Proklamasi Indonesia, penumpasan G30S/PKI

dan lahirnya Orde Baru serta gerakan reformasi tahun 1998, kaum muda

tampil sebagai penggerak dan pelopor. Peranan mereka dapat menentukan

kelangsungan kehidupan berbangsa dan bernegara.

178

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Tetapi sayang dalam kehidupan dewasa ini nilai-nilai kepeloporan kaum

muda terpelajar itu tidak sepenuhnya dapat dipahami dan diteladani oleh

para remaja, pemuda dan juga kaum terpelajar, kecuali sebagian kecil.

Marilah kita perhatikan gejala dan kehidupan yang nampak pada remaja dan

masyarakat kita di berbagai daerah dewasa ini. Munculnya perilaku anarkis

di kalangan remaja, perkelahian antarpelajar, penyalahgunaan narkoba dan

rapuhnya rasa nasionalisme. Tidak sedikit di antara remaja kita yang lebih

gandrung dengan budaya dan produk luar negeri ketimbang mencintai

budaya dan produk negeri sendiri, juga munculnya rasa etnosentrisme

hampir dapat kita jumpai di berbagai daerah. Penggunaan Bahasa Indonesia

yang mulai rusak-rusakan. Penolakan terhadap seorang pemimpin karena

tidak berasal dari suku bangsa yang sama, atau karena perbedaan keyakinan,

masih merupakan hal yang sering kali dapat kita lihat dari berbagai media,

baik cetak maupun elektronik. Hal ini sebagai indikator rendahnya semangat

nasionalisme dan jati diri keindonesiaan di lingkungan masyarakat kita.

Tetapi di tengah-tengah merosotnya rasa nasionalisme dan jati diri bangsa

ini ada seorang bocah berumur 8 tahun yang sudah mahir bermain sepak

bola yang bernama Tristan Alif Naufal. Kini ia tengah mendapat undangan

untuk berlatih sepak bola di klub Ajax Amsterdam, Belanda. Ia bersama

kedua orang tuanya mendapat kesempatan menjadi warga negara Belanda

dan mendapat kesempatan menjadi pemain sepak bola di Tim Oranye yang

memang sangat menjanjikan. “Aku mau bela Tim Nasional Indonesia. Aku

tidak mau jadi warga negara Belanda, “aku mau tetap jadi orang Indonesia”,

ujar Alif”. (Tribun Kaltim, 3 November 2013). Sungguh luar biasa pendirian

anak berusia 8 tahun itu. Sudah barang tentu ilustrasi itu menginspirasi

dan menggerakkan hati serta kesadaran kita untuk meneguhkan kembali

semangat nasionalisme kita.

Sehubungan dengan problem kehidupan remaja dan masyarakat yang mulai

melemah semangat keindonesiaannya dan inspirasi dari anak berusia 8 tahun

itu, penting untuk merevitalisasi nilai-nilai kepeloporan para pemuda yang

telah menggelorakan nasionalisme serta prinsip persatuan dan kesatuan

bangsa. Melalui kegiatan belajar kemudian memahami dan menghayati materi

bab tentang Sumpah Pemuda dan Jati diri Keindonesiaan ini diharapkan dan

dapat menumbuhkan semangat nasionalisme dan mengaplikasikan dalam

kehidupan sehari-hari.

»

Bagaimanakah penilaian dan perasaan kamu dengan pendirian

Tristan Alif Naufal yang masih berusia 8 tahun tersebut.

179

Sejarah Indonesia

PETA KONSEP

Membangun Jati Diri Keindonesiaan

Latar Belakang Munculnya

Sumpah Pemuda

Kongres Pemuda I

Kongres Pemuda II

Sumpah Pemuda

Makna Nilai-nilai Sumpah

Pemuda

Penguatan Jati Diri

Keindonesiaan

180

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mempelajari uraian ini, diharapkan kamu dapat:

1. Menganalisis latar belakang munculnya Sumpah Pemuda.

2. Menganalisis Konggres Pemuda I

3. Menganalisis Konggres Pemuda II dan Lahirnya Sumpah

Pemuda.

4. Menganalisis proses penguatan jati diri keindonesiaan

setelah Sumpah Pemuda.

5. Menghayati dan menerapkan Nilai-nilai Sumpah Pemuda

dalam memperkukuh jati diri keindonesiaan.

6. Meningkatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

karunia-Nya yang memberikan dorongan bangsa Indonesia

untuk memperkukuh persatuan di atas keberagaman.

ARTI PENTING

Belajar sejarah tentang Sumpah Pemuda memiliki makna yang sangat

penting, agar kita mendapat pengetahuan dan pemahaman, bahwa

tegaknya kehidupan bangsa Indonesia harus dilandasi persatuan

dan kesatuan. Nilai persatuan dan kesatuan sebagai nilai dasar dari

Sumpah Pemuda harus terus digelorakan untuk memperkukuh jati diri

keindonesiaan.

181

Sejarah Indonesia

A.

Latar Belakang Sumpah Pemuda

Sumber: Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia 1918-1930,

2003.

Gambar 4.1

Sekolah untuk Anak-anak Indonesia pada Masa Kolonial Hindia Belanda

Sumber: Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan, 2003

Gambar 4.2

Surat kabar

Slompret Melayu

Mengamati Lingkungan

182

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

»

Coba amati baik-baik dua gambar di atas!

1. Mencermati dua gambar di atas ajukan beberapa pertanyaan

yang terkait gambar tersebut.

2. Apakah yang terlintas dalam pikiran kamu tentang koran atau

surat kabar yang terbit pada masa Hindia Belanda itu?

3. Bahasa apakah yang digunakan dalam koran itu, apa

maknanya bagi perjuangan?

Ya, gambar

pertama menunjukkan adanya sekolah kaum pribumi, sedang

gambar yang kedua adalah salah satu contoh surat kabar yang juga

berkembang pada masa Hindia Belanda. Adanya pendidikan/sekolah-

sekolah akan memunculkan kaum terpelajar. Kaum muda terpelajar inilah

kemudian memelopori lahirnya kebangkitan nasional di Indonesia. Hal ini

juga dipacu oleh adanya surat kabar-surat kabar yang sudah terbit saat itu

sehingga mempercepat berkembangnya semangat nasionalisme di kalangan

bangsa Indonesia. Dengan demikian, berkembanglah masa pergerakan

kebangsaan, suatu periode yang sangat penting dalam sejarah perjuangan

bangsa. Dalam periode pergerakan kebangsaan ini telah terjadi peristiwa

yang sangat penting dan monumental, yakni peristiwa Sumpah Pemuda.

Peristiwa ini dapat dikatakan sebagai klimaks dari sebuah perjuangan untuk

mempersatukan seluruh bangsa menuju cita-cita kemerdekaan Indonesia.

Pada uraian ini kita akan belajar tentang makna nilai-nilai Sumpah Pemuda

bagi kehidupan berbangsa, terutama dalam rangka memperkokoh jati diri

keindonesiaan.

1. Politik Etis: Pintu Pembuka Pendidikan Modern

Memasuki abad ke-20, kebijakan pemerintah kolonial Belanda mendorong

untuk menguasai seluruh wilayah Nusantara. Kebijakan itu diikuti dengan

penaklukkan terhadap wilayah-wilayah yang belum dikuasai, jika perlu

dengan pendekatan militer. Daerah-daerah kolonial yang masih terpisah

disatukan dalam penerapan adminstrasi baru yang berpusat di Batavia, yang

disebut

Pax Neerlandica

.

Pemerintah kolonial pun melakukan perjanjian-

Memahami Teks

183

Sejarah Indonesia

perjanjian. Selanjutnya sistem administrasi tradisional berubah ke sistem

administrasi modern. Suatu sistem yang mana pemerintahan mengambil

alih sistem pemimpin pribumi ke sistem birokrasi kolonial. Kebijakan ini

ditetapkan untuk mengambil posisi penting dari pemimpin daerah ke tangan

Belanda. Sistem itu memisahkan pemimpin pribumi dari akar hubungan

tradisonal dengan rakyatnya, mereka kemudian dijadikan pegawai dalam

birokrasi kolonial.

Serangkaian tindakan penjajahan Belanda tersebut telah menimbulkan

banyak perlawanan dari pihak bangsa Indonesia. Strategi perlawanan yang

ditempuh waktu umumnya dengan perlawanan bersenjata. Sayangnya

perlawanan dalam menghadapi kekuatan kolonialisme dan imperialisme

itu masih bersifat lingkup daerah atau wilayah tertentu. Riau melancarkan

perlawanan sendiri, Banten perang sendiri, Mataram angkat senjata sendiri,

Makasar begitu, Tondano juga begitu dan begitu seterusnya perlawanan

Diponegoro berdiri sendiri, Padri sendiri, Aceh sendiri. Bahkan dari masing-

masing daerah atau pihak Indonesia ini bisa diadu domba. Orang-orang

Madura diadu domba dengan Mataram, Aru Palaka dari Bone diadu dengan

Hasanuddin dari Makassar, pasukan Ali Basya Sentot Prawirodirjo diadu

dengan pasukan Padri. Sudah barang tentu ini sangat tidak menguntungkan

dan sangat melemahkan para pejuang Indonesia. Pengalaman ini

menunjukkan pentingnya cara-cara yang lebih terorganisasi dan didasarkan

pada persatuan dan kesatuan.

Sementara itu, pemerintah kolonial menerapkan kebijakan ekonomi yang

berbasis pada sistem kapitalisme Barat, melalui komersialisasi, sistem moneter,

dan komoditas barang. Sistem itu didukung dengan kebijakan pajak tanah,

sistem perkebunan, perbankan, perindustrian, perdagangan, dan pelayaran.

Dampak dari itu semua, kehidupan rakyat Hindia Belanda mengalami

penurunan kesejahteraan. Kebijakan itu mendapat kritik dari politikus

dan intelektual di Hindia Belanda, yaitu C.Th. Van Deventer. Ia membuat

tulisan yang berjudul “

Een Eereschlud’

(utang kehormatan), yang dimuat di

majalah

De Gids

(1899). Dalam tulisannya Van Deventer mengatakan bahwa

pemerintah Hindia Belanda telah mengeksploitasi wilayah jajahannya untuk

membangun negeri mereka dan memperoleh keuntungan yang besar. Oleh

karena itu, menurutnya sudah sewajarnya Belanda membayar utang budi itu

dengan meningkatkan kesejahteraan rakyat di negara jajahan.

184

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Kritikan itu mendapat perhatian dari berbagai kalangan. Beberapa kelompok

yang sependapat dengan Van Deventer mengungkapkan perlunya suatu

kewajiban moral bagi Belanda untuk memberikan balas budi. Keuntungan

yang didapat dari hasil ekploitasi di tanah Hindia harus dikembalikan. Untuk

itulah perlu dilakukan perbaikan kesejahteraan penduduk melalui berbagai

bidang kehidupan, pendidikan, dan besarnya partisipasi masyarakat dalam

mengurus pemerintahan. Kritik-kritik itu mendapat perhatian serius dari

pemerintah Belanda. Ratu Wilhelmina kemudian mengeluarkan suatu

kebijakan baru bagi masyarakat Hindia Belanda yaitu meningkatkan

kesejahteraan rakyat. Kebijakan baru itu adalah Politik Etis.

Awal abad ke-20, politik kolonial memasuki babak baru, yaitu era Politik

Etis, yang dipimpin oleh Menteri Jajahan Alexander W.F. Idenburg yang

kemudian menjadi Gubernur Jenderal Hindia Belanda (1909-1916). Ada tiga

program Politik Etis, yaitu irigasi, edukasi, dan transmigrasi. Adanya Politik

Etis membawa pengaruh besar terhadap perubahan arah kebijakan politik

negeri Belanda atas negeri jajahan. Pada era itu pula muncul simbol baru

yaitu “kemajuan”. Dunia mulai bergerak dan berbagai kehidupanpun mulai

mengalami perubahan. Pembangunan infrastruktur mulai diperhatikan

dengan adanya jalur kereta api Jawa-Madura. Di Batavia lambang kemajuan

ditunjukkan dengan adanya trem listrik yang mulai beroperasi pada awal masa

itu. Dalam bidang pertanian pemerintah kolonial memberikan perhatiannya

pada bidang pemenuhan kebutuhan pangan dengan membangun irigasi.

Di samping itu, pemerintah juga melakukan emigrasi sebagai tenaga kerja

murah di perkebunan-perkebunan daerah di Sumatera.

Zaman kemajuan ditandai dengan adanya surat-surat R.A. Kartini kepada

sahabatnya Ny. R.M. Abendanon di Belanda, yang merupakan inspirasi

bagi kaum etis pada saat itu. Semangat era etis adalah kemajuan menuju

modernitas. Perluasan pendidikan gaya Barat sebagai model pendidikan

modern merupakan tanda resmi dari bentuk Politik Etis itu. Pendidikan itu

hanya saja menghasilkan tenaga kerja yang diperlukan oleh negara, tetapi

juga pada sektor swasta Belanda.

»

Benarkah R.A. Kartini memiliki peran penting dalam menginspirasi

era kemajuan dan perluasan pendidikan di Indonesia. Coba berikan

penjelasan secara kritis.

185

Sejarah Indonesia

Adanya pendidikan gaya Barat itu

membuka peluang bagi mobilitas

sosial masyarakat di tanah Hindia/

Indonesia. Pengaruh pendidikan Barat

itu pula yang kemudian memunculkan

sekelompok kecil intelektual bumiputra

yang memunculkan kesadaran, bahwa

rakyat bumiputra harus mampu

bersaing dengan bangsa-bangsa lain

untuk mencapai kemajuan. Golongan

intelektual bumiputra itu disebut

“priyayi baru” yang sebagian besar

adalah guru dan jurnalis di kota-kota.

Pendidikan dan pers itu pula menjadi

sarana untuk menyalurkan ide-ide dan

pemikiran mereka yang ingin membawa

kemajuan, dan pembebasan bangsa

dari segala bentuk penindasan dari

kolonialisme Belanda. Mereka tidak memandang Jawa, Sunda, Minangkabau,

Ambon, atau apa pun karena mereka adalah bumiputra.

Pengalaman yang mereka peroleh di sekolah dan dalam kehidupan setelah

lulus sangatlah berbeda dengan generasi orang tua mereka. Para kaum muda

terpelajar inilah yang kemudian membentuk kesadaran “nasional” sebagai

bumiputra di Hindia, dan bergerak bersama “bangsa-bangsa” lain dalam garis

waktu yang tidak terhingga menuju modernitas, suatu dunia yang memberi

makna baru bagi kaum pelajar terdidik saat itu. Mereka tentunya tidak

mengenal satu sama lain di Batavia, Bandung, Semarang, Solo, Yogyajakarta,

Surabaya, dan seluruh wilayah Hindia. Mereka saling berbagi pengalaman,

gagasan, dan asumsi tentang dunia, Hindia, dan zaman mereka. Pemerintah

Kolonial Belanda juga membentuk

Volksraad

(Dewan Rakyat) yang sejumlah

tokoh Indonesia bergabung di dalamnya. Mereka menggerakkan wacana

perubahan di lembaga tersebut.

Sumber:

Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan

Kesadaran Keindonesiaan,

2003.

Gambar 4.3

R.A. Kartini

186

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

»

Dapatkah kamu jelaskan mengapa pemerintah kolonial Belanda

menerapkan kebijakan Politik Etis di tanah jajahan? Tahukah kamu

bagaimana pengaruh pendidikan pada masyarakat Hindia Belanda?

Coba lakukan pelacakan kemudian buatlah uraian tentang pengaruh

pendidikan pada kaum Pribumi di Hindia Belanda dalam bentuk

narasi deskriptif. Untuk mengerjakan tugas ini kamu dapat membaca

buku-buku sejarah yang ada di perpustakaan sekolah. Dapat juga

kamu mencari informasi melalui internet kemudian kamu cari buku

yang dirujuk itu sebagai bahan referensi dalam membuat tulisan

sejarah Pers Membawa Kemajuan.

2. Pers Membawa Kemajuan

Pada awal abad ke-20, para priyayi baru menuangkan gagasannya melalui

pers (media cetak) mengenai isu-isu perubahan. Isu-isu yang dipopulerkan,

yaitu terkait dengan peningkatan status sosial rakyat bumiputra dan

peningkatan kehidupan di bidang sosial, ekonomi, budaya, dan politik. Kata

kemajuan menjadi populer pada saat itu. Kemajuan saat itu diartikan dengan

pendidikan, pencerahan, peradaban, modernisasi, dan kesuksesan hidup.

Pers merupakan sarana berpartisipasi dalam gerakan emansipasi, kemajuan

dan pergerakan nasional. Pada dekade itu ditandai dengan jumlah penerbitan

surat kabar berbahasa Melayu yang mengalami peningkatan. Orang-orang

pertama yang aktif dalam dunia pers saat itu adalah orang Indo seperti H.C.O.

Clockener Brousson dari

Bintang Hindia

, E.F Wigger dari

Bintang Baru

, dan

G. Francis dari

Pemberitaan Betawi.

Pada abad itu penerbit Tionghoa mulai bermunculan. Para penerbit Tionghoa

itulah yang menjadikan pertumbuhan surat kabar berkembang pesat. Dalam

perkembangannya kaum bumiputra juga mengambil bagian. Mereka

pada mulanya magang pada jurnalis Indo dan Tionghoa, kemudian peran

mereka meningkat sebagai redaktur surat kabar orang Indo dan Tionghoa.

Bermula dari itulah para bumiputra itu mendirikan sendiri penerbitan surat

kabar mereka. Penerbit bumiputra pertama di Batavia yang muncul pada

pertengahan abad ke-20 adalah R.M. Tirtoadisuryo, F.D.J Pangemanan,

dan R.M. Tumenggung Kusuma Utaya, sebagai redaktur

Ilmoe Tani,

Kabar

Perniagaan,

dan

Pewarta Prijaji.

187

Sejarah Indonesia

Di Surakarta R.Dirdjoatmojo menyunting

Djawi Kanda

yang diterbitkan

oleh Albert Rusche & Co., di Yogyakarta Dr. Wahidin Sudirohusodo sebagai

redaktur jurnal berbahasa Jawa,

Retnodhoemillah

diterbitkan oleh Firma H.

Buning.

Bermunculannya media cetak itu segera diikuti dengan munculnya sejumlah

jurnalis bumiputra lainnya. Mereka adalah R. Tirtodanudja dan R. Mohammad

Jusuf. Keduanya adalah redaktur

Sinar Djawa,

yang diterbitkan Honh Thaij

& Co. Djojosudiro, redaktur

Tjahaja Timoer

yang diterbitkan di Malang oleh

Kwee Khaij Khee. Di Bandung Abdul Muis sebagai redaktur

Pewarta Hindia

yang diterbitkan oleh G. Kolff & Co. Para jurnalis bumiputra itulah yang

memberikan wawasan dan ”embrio kebangsaan” melalui artikel, komentar-

komentar mereka dalam surat pembaca, dan mengungkapkan solidaritas

diantara mereka dan para pembaca yang sebagian besar adalah kaum muda

terpelajar. Misalnya

Pewarta Prijaji

yang disunting oleh R.M.T. Kusumo Utoyo

seorang Bupati Ngawi, yang menyerukan persatuan di kalangan priyayi.

Mereka juga mendapatkan dukungan dari simpatisan dan pelanggan dengan

15 cabang di Jawa, Madura, dan Sumatera (lebih lanjut baca Takashi Shiraishi

dalam

Zaman Bergerak: Radikalisme Rakyat di Jawa 1912-1926

).

Sementara itu pergerakan kebudayaan “cetak” mulai masuk di beberapa

kota kolonial lain, seperti Surabaya, Padang, dan Semarang. Kebudayaan

cetak mempermudah kaum terdidik untuk memperoleh informasi. Pada

tahun 1901, sebuah majalah bulanan

Insulinde

diterbitkan atas kerja sama

para terpelajar di Kota Padang dengan guru-guru Belanda di sekolah raja

(

Kweekschool

) Bukittinggi, terutama van Ophuysen, ahli bahasa Melayu. Ketua

redaksi majalah itu adalah Dja Endar Muda, seorang wartawan keturunan

Tapanuli yang juga telah menerbitkan surat kabar

Pertja Barat

dan majalah

bulanan berbahasa Batak,

Tapian Nauli

. Majala

h Insulinde

itu disebarkan ke

seluruh Sumatera dan Jawa. Majalah itulah yang pertama memperkenalkan

slogan “kemajuan” dan “zaman maju”. Satu diantara artikel menarik yang

dimuat dalam

Insulinde

adalah kisah kemenangan Jepang, negara “kecil”

yang menang mengalahkan Tiongkok “yang besar”. Kemenangan Jepang itu

disebabkan keberhasilannya dalam memasuki “dunia maju”. Ulasan tentang

perkembangan yang terjadi di “dunia maju” secara terbuka mengajak para

pembaca untuk ikut serta dalam zaman “kemajuan”. Majalah itu tidak saja

memuat artikel tentang bangsa Hindia Belanda, akan tetapi juga memuat

tentang berita Asia dan Eropa.

188

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

»

Dapatkah kamu jelaskan apa yang dimaksud dengan kebudayaan

cetak. Bagaimana andil kebudayaan cetak ini dalam ikut memajukan

kehidupan masyarakat Indonesia?

Sementara itu, tokoh muda dr.

Abdul Rivai yang baru datang dari

Belanda menganjurkan pada tokoh

muda di Hindia untuk membentuk

sebuah organisasi. Dalam tulisan-

tulisannya pada surat kabar Bintang

Hindia, ia selalu memuat tentang

“kemajuan” dan “dunia maju”.

Rivai menggolongkan masyarakat

menjadi tiga golongan, yaitu kaum

kolot, kaum kuno, dan kaum

muda. Menurut Rivai, kaum muda

adalah orang yang senantiasa

ingin mendapatkan harga diri

melalui pengetahuan dan ilmu.

Untuk mencapai kemajuan dan

terwujudnya dunia maju, Rivai

menganjurkan agar ada organisasi

bernama Persatuan Kaum Muda

didirikan dengan cabang di semua

kota-kota penting di Hindia.

Seorang pensiunan “dokter Jawa”

yaitu Wahidin Soedirohoesodo

tertarik dengan tulisan Rivai. Saat itu ia sebagai editor majalah berbahasa

Jawa,

Retnodhumilah,

dalam tulisan itu disarankan agar kaum lanjut usia

dan kaum muda membentuk organisasi pendidikan yang bertujuan untuk

memajukan masyarakat. Gagasan Wahidin akhirnya terwujud ketika para

pelajar “Stovia”, Sekolah dokter Jawa, mendirikan suatu organisasi bernama

Boedi Oetomo, pada 2 Mei 1908 (untuk lebih jelasnya dapat dibaca dalam

Taufik Abdullah dan A.B. Lapian (ed), 2012).

Sumber: Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan

Kesadaran Keindonesiaan, 2003.

Gambar 4.4

dr. Abdul Rivai.

189

Sejarah Indonesia

Beberapa surat kabar yang kemudian membawa kemajuan bagi kalangan

pribumi yaitu

Medan Prijaji

( 1909-1917) dan juga terbitan wanita pertama

yang terbit berkala yaitu

Poetri Hindia

(1908-1913). Seorang editornya yang

dikenal yaitu R.M. Tirtoadisuryo memuat tentang tulisannya, bahwa untuk

memperbaiki status dagang “pedagang bangsa Islam”, perlu ada organisasi

yang anggota-anggotanya terdiri atas para pedagang sehingga “orang

kecil tidak bisa dikalahkan karena mereka bersatu”. Ia kemudian dikenal

sebagai pendiri Sarekat Dagang Islamijah atau lebih dikenal dengan Sarekat

Dagang Islam (SDI). Pada perkembangannya SDI mengubah dirinya menjadi

Sarekat Islam (SI) dengan pimpinan Haji Samanhudi. Begitulah semangat

nasionalisme tumbuh dan dibangun melalui tulisan di media cetak. Begitu

pula di tanah Sumatera, gagasan untuk melawan sistem pemerintahan

kolonial ditunjukkan melalui surat kabar

Oetoesan Melajoe

(1913). Juga

untuk kemajuan kaum perempuan diterbitkan majalah

Soenting Melajoe

,

yang berisi tentang panggilan perempuan untuk memasuki dunia maju tanpa

meninggalkan peranannya sebagai sendi kehidupan keluarga Minangkabau.

Sementara itu, anak-anak muda berpendidikan Barat di Padang menerbitkan

majalah perempuan

Soeara Perempuan

(1918), dengan semboyannya

Vrijheid

(kemerdekaan) bagi anak perempuan untuk ikut dalam kemajuan

tanpa hambatan adat yang mengekang.

Wacana kemajuan terus merebak melalui pers. Pers bumiputra juga

mempunyai fungsi untuk memobilisasi pergerakan nasional pada saat itu.

Harian

Sinar Djawa,

memuat tentang perlunya rakyat kecil untuk terus

menuntut ilmu setinggi mungkin. Surat kabar tersebut memuat dua hal

penting, yaitu tentang “bangsawan usul” dan “bangsawan pikiran”.

Bangsawan usul adalah mereka yang mempunyai keturunan dari keluarga

raja-raja dengan gelar bendara, raden mas, raden, raden ajeng, raden ngabei,

raden ayu, dan lain-lain. Bangsawan pikiran adalah mereka yang mempunyai

gelar meester, dokter, dan sebagainya, yang diperoleh melalui pendidikan.

Surat kabar yang paling mendapat perhatian pemerintah kolonial saat itu

adalah

De Express

. Surat kabar itu memuat berita-berita propaganda ide-

ide radikal dan kritis terhadap sistem pemerintahan kolonial. Puncaknya saat

Cipto Mangunkusumo, Suwardi Surjaningrat, dan Abdul Muis mendirikan

Comite tot Herdenking van Nederlands Honderdjarige Vrijheid

(Panitia

untuk Peringatan Seratus Tahun Kemerdekaan Belanda dari Perancis), yang

kemudian disebut dengan Komite Boemipoetera (1913). Tujuan panitia

itu untuk mengumpulkan dana dari rakyat untuk mendukung perayaan

190

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

kemerdekaan Belanda. Di balik itu tujuan Komite Bumiputra adalah

mengkritik tindakan pemerintah kolonial yang merayakan kemerdekaannya

di tanah jajahan dengan mencari dana dukungan dari rakyat.

Kritik tajam kemudian dilakukan oleh Suwardi Surjaningrat dengan menulis di

brosur yang berjudul

Als Ik Eens Nederlander Was

(“Seandainya Saya menjadi

Seorang Belanda”). Tulisan ini berisi kritikan yang sangat tajam kepada Belanda

yang tidak tahu malu karena minta dana kepada rakyat yang dijajah untuk

perayaan kemerdekaan negara yang menjajah. Pemerintah Kolonial Belanda

menilai tulisan itu dapat menghasut rakyat untuk melawan pemerintah.

Pada 30 Juli 1913, polisi Belanda menangkap Cipto Mangunkusumo dan

Suwardi Suryaningrat. Kemudian menyusul Abdul Moeis sebagai pembaca

naskah itu dalam surat kabar

De Preanger Bode.

Juga Widnjadisastra sebagai

edito

r Kaoem Moeda,

karena telah mencetak dan menyebarluaskan tulisan

itu. Pemerintah kolonial selanjutkan memutuskan “Tiga Serangkai” itu untuk

ditangkap, yaitu Cipto Mangunkusumo, Suwardi Suryaningrat, dan Douwes

Dekker, untuk diasingkan ke luar Jawa. Cipto pada awalnya diasingkan ke

Bangka, kemudian ke Belanda.

Seorang jurnalis bumiputera yang gigih memperjuangkan kebebasan pers

adalah Semaun. Ia mengkritik beberapa kebijakan kolonial melalui

Sinar

Hindia

. Kritikannya mengenai

haatzaai artikelen

, yang menurutnya sebagai

sarana untuk membungkam rakyat dan melindungi kekuasaan kolonial dan

kapitalis asing. Atas kritikannya itulah ia diadili dan dijebloskan ke penjara.

Seorang aktivis dan juga jurnalis, Marco Kartodikromo dikenal dengan

kritikannya yang tajam terhadap program

Indie Weerbaar

dalam bentuk

syair. Kritik tajam Marco itu ditujukan pada Dewan Kota yang sebagian besar

adalah orang Eropa.

»

Pers (media cetak) mempunyai peran penting dalam membangkitkan

nasionalisme. Kapan media cetak mulai dikenal oleh kalangan

bumiputera? Tahukah kamu, bagaimana hubungan dan peran

media cetak dalam menumbuhkan kesadaran kebangsaan bagi

kaum bumiputera? Media cetak apakah yang saat ini dapat ditemui

di lingkungan sekitar kamu? Coba lakukan pelacakan tentang media

cetak sebelumnya yang pernah ada di daerah sekitar kamu, kemudian

buatlah uraian dalam bentuk narasi deskriptif, siapa penerbitnya,

kapan diterbitkan, bagaimana bahasanya. Untuk mengerjakan tugas

ini kamu dapat mencari di internet atau di perpustakaan daerah di

kota tempat tinggal kamu.

191

Sejarah Indonesia

3. Bangkitnya Nasionalisme

Keberadaan kaum muda terpelajar sangat cocok dan responsif terhadap

berkembangnya paham-paham baru, apalagi paham yang ikut menggelorakan

kemerdekaan. Pada saat itu di Eropa sedang tumbuh subur paham-paham

yang terkait dengan kemajuan, kebebasan, kemerdekaan sebagai dampak

dari Revolusi Perancis. Paham-paham itu misalnya liberalisme, nasionalisme,

sosialisme.

Pada awal abad ke-20, paham nasionalisme memasuki wilayah Indonesia.

Perlu diingat bahwa dengan pelaksanaan Politik Etis telah mendorong lahirnya

kaum muda terpelajar. Pemikiran mereka semakin rasional, wawasannya

semakin luas dan terbuka sehingga memperlancar berkembangnya paham-

paham baru di Indonesia. Paham baru itu misalnya nasionalisme. Paham

ini telah mendorong lahirnya kesadaran nasional, kesadaran hidup dalam

suatu bangsa, Bangsa Indonesia. Kesadaran ini kemudian mendorong untuk

merubah dan menyempurnakan strategi perjuangan bangsa yang selama ini

telah dilakukan.

Di samping didorong oleh pelaksanaan Politik Etis sebagai pembuka

munculnya kaum terpelajar, peran pers/media cetak, dan paham-paham

baru, secara eksternal, munculnya kesadaran nasional itu juga dipicu oleh

beberapa peristiwa dunia. Misalnya adanya

Gerakan Turki Muda, Revolusi Cina, Gerakan

Nasional di India dan Filipina.

Sekalipun didorong oleh banyak faktor,

kesadaran berbangsa dan kebangkitan

nasional yang muncul di Indonesia tidak lepas

dari bentuk antitesis terhadap penjajahan dan

kekuasaan kolonialisme dan imperialisme

Belanda. Kesadaran bersama muncul bahwa

untuk melakukan perlawanan terhadap

kolonialisme dan imperialisme, bentuk dan

strateginya harus sudah berubah. Bentuk

diplomasi dan melalui berbagai organisasi

pergerakan dipandang lebih tepat. Dipelopori

oleh kaum terpelajar kemudian lahirlah

berbagai organisasi pergerakan nasional.

Organisasi pergerakan itu ada yang bercorak

Sumber: Pahlawan Indonesia, 2008.

Gambar.4.5.

dr.Wahidin

Sudirohusodo

192

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

sosio-kultural, politik, keagamaan tetapi juga yang sekuler, kedaerahan

tetapi ada juga yang nasionalis, ada dari kelompok pemuda tetapi juga ada

kelompok perempuan. Dalam strategi ada yang kooperatif dan ada juga

non-kooperatif.

Pada periode awal pergerakan kebangsaan telah muncul organisasi Budi

Utomo (BU) yang bersifat

sosio-kultural. Organisasi ini didirikan antara lain

oleh Sutomo, Gunawan atas rintisan Wahidin Sudirohusodo pada tanggal

20 Mei 1908. Tujuannya untuk mengumpulkan dana guna membantu kaum

bumiputera yang kekurangan dalam menempuh pendidikan.

Organisasi yang berikutnya adalah Sarekat Islam (SI). Pada mulanya SI ini

lahir karena adanya dorongan dari R.M. Tirtoadisuryo seorang bangsawan,

wartawan, dan pedagang dari Solo. Tahun 1909, ia mendirikan perkumpulan

dagang yang bernama Sarekat Dagang Islam (SDI). Tahun 1911 K.H.

Samanhudi secara resmi mendirikan SDI. Pada tahun 1912 nama SDI diganti

Sarekat Islam (SI) oleh HOS Cokroaminoto. Pada tahun 1912 itu juga berdiri

organisasi yang bercorak politik yakni

Indische Partij

(IP). Pendiri organisasi itu

dikenal dengan sebutan “Tiga Serangkai”, yakni: Douwes Dekker, dr. Cipto

Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat atau dikenal dengan Ki Hajar

Dewantoro. Setelah itu IP berkembang pesat di berbagai daerah di Indonesia.

Sumber: Keselarasan dan Kejanggalan Pemikiran-pemikiran Priyayi Nasionalis Jawa Awal Abad XX,

1985.

Gambar 4.6

Tiga Serangkai

193

Sejarah Indonesia

Dari bidang keagamaan misalnya ada Muhammadiyah yang bersifat modern,

yang didirikan Ahmad Dahlan pada 18 November 1912 di Yogyakarta.

Organisasi ini, bercirikan organisasi sosial, pendidikan, dan keagamaan.

Tujuannya antara lain memurnikan ajaran Islam sesuai dengan ajaran Al-

Quran dan Al-Hadis. Tindakannya adalah

amar makruf nahi munkar

, atau

mengajak hal yang baik dan mencegah hal yang buruk. Kemudian muncul

organisasi Nahdlatul Ulama (NU). Organisasi ini didirikan pada tanggal 31

Januari 1926, di Surabaya. Sebagai pendiri organisasi ini adalah Kyai Haji

Hasyim Ashari dan sejumlah ulama lainnya. Organisasi itu berpegang teguh

pada Ahlusunnah wal jam’ah. Organisasi ini tetap mempertahankan tradisi

yang sudah lama berkembang di kalangan ulama. Tujuan organisasi ini

terkait dengan masalah sosial, ekonomi, dan pendidikan. Kedua oraganisasi

Islam ini sekarang merupakan organisasi massa Islam yang cukup besar di

Indonesia.

»

Muhammadiyah dan NU adalah dua organisasi massa Islam yang

terus berkembang di Indonesia. Banyak peran dan andil yang telah

dilakukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Bagaimana

pendapatmu peran kedua organisasi ini dalam masa perjuangan

melawan penjajahan Belanda. Bagaimana strategi yang dilakukan

masing-masing organisasi itu?

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5

(Masa Pergerakan Kebangsaan), 2012.

Gambar 4.8

Logo NU.

Sumber: Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5

(Masa Pergerakan Kebangsaan), 2012.

Gambar 4.7

Logo Muhammadiyah

194

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Dari kalangan kaum Kristiani juga membentuk organisasi antara lain

didirikannya Perkumpulan Politik Katolik Jawi (PPKJ). Organisasi ini didirikan

I.J. Kasimo pada tanggal 22 Februari 1925. Organisasi ini juga bergerak

di bidang sosial pendidikan. Tujuannya turut berusaha sekuat tenaga bagi

kemajuan Indonesia.

Organisasi lain yang bergerak di

bidang sosial dan pendidikan yang

bersifat nasional misalnya Taman

Siswa. Organisasi ini didirikan pada

tanggal 3 Juli 1922 di Yogyakarta

oleh Raden Mas Suwardi Suryaningrat

yang kemudian lebih dikenal nama

Ki Hajar Dewantoro. Tujuannya lebih

diarahkan pada upaya memajukan

pendidikan

bagi

bumiputera.

Pendidikan yang ditawarkan adalah

sistem pendidikan nasional yang

berdasarkan kepada kebudayaan asli Indonesia. Asas perjuangan Taman

Siswa adalah

Ing Ngarsa Sung Tulada, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri

Handayani

. Dalam waktu singkat Taman Siswa ini sudah berkembang pesat.

Ki Hajar Dewantoro diakui sebagai bapak pendidikan di Indonesia. Ia telah

meletakkan dasar-dasar bagi pelaksanaan pendidikan di Indonesia.

Organisasi pergerakan lainnya yang bersifat nasionalis, misalnya Perhimpunan

Indonesia (PI). Pada mulanya organisasi ini bernama

Indische Vereniging

didirikan pada tahun 1908 oleh para pelajar/mahasiswa yang belajar di

negeri Belanda seperti R.M Notosuroto, R. Panji Sostrokartono, dan R. Husein

Djajadiningrat. Kemudian dengan datangnya para aktivis perjuangan dari

Indonesia seperti Moh. Hatta, Iwa Kusumasumantri, J.B. Sitanala, organisasi

ini semakin bernuansa politik kebangsaan. Bahkan nama

Indische Vereeniging

diubah menjadi

Indonesische Vereeniging

pada tahun 1922 dan diubah lagi

menjad

i “

Perhimpunan Indonesia” pada tahun 1925. Organisasi ini cukup

revolusioner dalam memperjuangkan kebebasan Indonesia dari penjajahan

Belanda. Majalahnya sebagai corong perjuangan yang semula bernama

“Hindia Putera” diubah menjadi “Indonesia Merdeka” Asas perjuangannya

antara lain: menolong dirinya sendiri (swadaya), non-kooperasi, persatuan

nasional.

Demi mempertahankan

Taman Siswa, Ki Hajar

Dewantara rela melelang

beberapa barangnya untuk

membayar pajak. Sebuah

idealisme dan cita-cita

memang harus dibayar

mahal.

195

Sejarah Indonesia

»

PI memiliki peran yang startegis dalam perjuangan mewujudkan

cita-cita kemerdekaan. Coba beri penjelasan secara deskriptif

analitis!

Sekilas Nama Indonesia

Nama Indonesia mulanya dikembangkan oleh Adolf Bastians

(sarjana Jerman) yang diambil dari Logan (sarjana Inggris). Namun

yang dimaksud Bastians dengan konsep Indonesia, adalah Indonesia

secara etnografi, bukan konsep Indonesia seperti saat ini. selanjutnya

dalam rapat-rapat menjelang kemerdekaan pandangan etnografi

dikalahkan oleh pandangan Ernest Renan tentang nasion yang saat

itu masih digunakan sebagai konsep bangsa dan wilayahnya.

Para pelajar dan mahasiswa Hindia di Belanda kemudian

menggunakan Indonesia sebagai identitas dirinya, tanah airnya, dan

nasionnya, serta posisi politiknya. Karena itulah Organisasi Indische

Vereeniging berganti nama ke Perhimpoenan Indonesia.

Hatta dalam memoarnya menuturkan,” ....Langkah pertama untuk

memperkenalkan Tanah Air kita Indonesia di luar negeri dibuat

dengan berhasil. Nama “INDONESIA” tidak perlu dimajukan dengan

resolusi. Selama aku di sana dan setelah mendengar pidatoku pada

pembukaan Kongres itu, semuanya menyebut Indonesia. orang-orang

Belanda, yang pada pidato permulaan masih menyebut “Hindia

Belanda”, kata itu tidak diulang mereka lagi, dalam perdebatan

maupun dalam pembicaraan lainnya. Dalam tulisan-tulisan mereka

keluar, kepada kawan dan keterangan umum, mereka menyebut

“INDONESIA”. Apalagi setelah bertukar pikiran dengan aku. Dalam

pimpinan agenda Kongres, nama Indonesia telah terekam, tidak

dapat ditukar kembali dengan “Indes Neerlandises”.”

196

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

PI menjadi organisasi politik yang semakin disegani karena pengaruh

Moh. Hatta. Di bawah pimpinan Hatta, PI berkembang dengan pesat dan

merangsang para mahasiswa yang ada di Belanda untuk terus memikirkan

kemerdekaan tanah airnya. Aktivitas politik PI tidak saja dilakukan di Belanda

dan Indonesia, tetapi juga dilakukan secara internasional. Mahasiswa secara

teratur melakukan diskusi dan melakukan kritik terhadap pemerintah

Belanda. PI juga menuntut kemerdekaan Indonesia dengan secepatnya

.

Terilhami dengan perkembangan dan perjuangan PI di Belanda, beberapa

tokoh pemuda seperti Soekarno, Gatot Mangkuprojo dan lain-lain pada

4 Juli 1927 berkumpul untuk mendiskusikan pembentukan organisasi

semacam PI. Setelah melalui serangkaian diskusi dan pertemuan akhirnya,

dalam pertemuan di Bandung, di kediaman Ir. Sukarno, tanggal 4 Juli 1927,

diresmikanlah berdirinya partai baru yang diberi nama Perserikatan Nasional

Indonesia (PNI). Sebagai ketua dipercayakan kepada Ir. Sukarno. Pada

Kongres I di Surabaya, nama Perserikatan Nasional Indonesia diubah menjadi

Partai Nasional Indonesia (PNI). Tujuan perjuangannya untuk kemerdekaan

Indonesia. Asas perjuangannya berdikari (berdiri di atas kaki sendiri), non-

kooperasi dan marhenisme (orientasi kerakyatan).

Sumber: Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di Indonesia 1918-193,

2003.

Gambar 4.9

Foto mahasiswa yang terhimpun dalam PI.

197

Sejarah Indonesia

Organisasi yang bersifat revolusioner yang lain sebelum PNI sebenanrnya

sudah ada, yakni Partai Komunis Indonesia (PKI). Organisasi ini sebenarnya

merupakan kelanjutan dari organisasi

Indische Sociaal Democratische

Vereniging

(ISDV). ISDV berdiri pada 9 Mei 1914 atas prakarsa Sneevliet.

Tokoh-tokohnya antara lain Semaun, Darsono. Dengan memperhatikan

perkembangan politik, setelah melalui serangkaian pembahasan, maka pada

saat kongres yang ke-7 nama ISDV diubah menjadi Perserikatan Komunis di

Hindia, dan dipertegas pada tanggal 23 Mei 1920 menjadi Partai Komunis

Hindia. Kemudian pada bulan Desember 1920 diubah dengan wajah

keindonesiaan yakni menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Sebagai ketua

PKI yang pertama adalah Semaun. Pada tahun 1921 diterapkan disiplin

partai, yakni bagi setiap anggota yang rangkap anggota PKI dan SI, harus

memilih salah satu. PKI berkembang menjadi partai radikal dan sekuler. PKI

juga menjadi partai rakyat yang cepat berkembang.

Masa pergerakan kebangsaan ini juga

berkembang organisasi pemuda dan

tidak ketinggalan organisasi para

perempuan. Organisasi pemuda yang

pertama berdiri di Indonesia adalah

Trikoro Darmo. Organisasi ini dibentuk

pada tanggal 7 Mei 1915. Organisasi

ini diharapkan menjadi wadah

pembinaan generasi muda di

Indonesia. Tokohnya antara lain:

Satiman Wiryosanjoyo, Kadarman.

Nama Trikoro

Darmo

ini bermakna

memiliki tiga tujuan utama yakni:

sakti, bud

i

dan

bakti.

Tujuan dan arah

gerakan Trikoro Darmo untuk

menciptakan wadah pelatihan dan

pembinaan generasi muda/pelajar untuk menjadi pemuka/pemimpin nasional

yang cinta tanah air. Anggota Trikoro Darmo umumnya terdiri atas para

pelajar STOVIA dan berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Di lingkungan pemuda ini juga berkembang gerakan kepanduan yang

umumnya dimiliki oleh organisasi induknya. Misalnya Muhammadiyah

mempunyai organisasi kepanduan Hizbul Wathan (HW). Sementara itu itu

di lingkungan kaum wanita juga berkembang organisasi wanita. Organisasi

yang pertama adalah Puteri Mardika. Organisasi ini dibentuk pada tahun

1912 atas prakarsa BU.

Sumber: Dengan Semangat Berkobar:

Nasionalisme dan Gerakan Pemuda di

Indonesia 1918-193, 2003.

Gambar 4.10

Satiman.

198

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Melihat beberapa organisasi yang berkembang di masa pergerakan

kebangsaan, jelas orientasinya adalah untuk kemajuan bangsa. Bahkan

ada beberapa organisasi yang secara terang-terangan bertujuan untuk

pembebasan Indonesia dari penjajahan. Namun organisasi-organisasi itu

masih berkembang sendiri-sendiri.

Oleh karena itu, untuk memperkuat perjuangan berbagai organisasi menuju

cita-cita mulia yakni pembebasan rakyat dari belenggu penjajahan atau

kemerdekaan perlu ada saling kerja sama, perlu persatuan dan kesatuan. Hal

inilah yang mendorong para pemuda berjuang untuk dapat mempersatukan

berbagai organisasi dan partai yang ada di Indonesia.

»

Mencermati keadaan organisai yang demikian itu coba bandingkan

dengan kehidupan partai-partai politik di Indonesia dewasa ini.

199

Sejarah Indonesia

KESIMPULAN

1.

Berbagai kebijakan kolonial yang melahirkan kemiskinan dan

penderitaan rakyat telah mendapat kritik keras dari politikus

dan intelektual Belanda C.H. Van Deventer. Kritik itu mendapat

perhatian dari pemerintah Belanda. Kemudian dibuatlah

kebijakan meningkatkan kesejahteraan rakyat yang dikenal dengan

Politik Etis. Politik etis ini meliputi bidang pendidikan, irigasi/

pertanian, dan emigrasi/transmigrasi.

2.

Bidang pendidikan membuka wawasan bagi kaum muda terpelajar.

Mereka adalah golongan baru yang membawa ide-ide pada

kesadaran kebangsaan. Sarana komunikasi dan transportasi adalah

hal penting yang menghubungkan para kaum terpelajar untuk

membentuk suatu ideologi kebangsaan.

3.

Berkembangnya pers atau media cetak telah menggerakkan ide-ide

kemajuan, sehingga lebih memacu berkembangnya ideologi dan

pergerakan kebangsaan.

4.

Pada Berkembanglah fase kebangkitan nasional. Mulai berkembang

berbagai organisasi pergerakan yang mengusung ideologi kemajuan

dan kebangsaan bahkan juga politik untuk pembebasan rakyat

dari penjajahan.

5.

Berbagai organisasi yang berkembang di era kebangkitan nasional

baik yang bercorak keagamaan atau yang sekuler, bercorak

kedaerahan ataupun yang bersifat nasional, yang kooperatif

ataupun yang non-kooperatif, yang pemuda maupun yang wanita,

tampaknya belum mampu menciptakan persatuan yang kokoh

untuk sama-sama melawan penjajah. Mereka masih memikirkan

bagaimana organisasinya berkembang. Hal ini menjadi pemikiran

serius dari kalangan pemuda untuk mewujudkan gerakan

persatuan dan kesatuan di antara berbagai organisasi.

200

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

LATIH UJI KOMPETENSI

1.

Mengapa pemerintah Hindia Belanda melaksanakan kebijakan Politik

Etis. Bagaimana dampaknya terhadap masyarakat Hindia Belanda?

Jelaskan jawaban kamu dan berikan bukti-buktinya yang hingga saat

ini masih dapat dijumpai dalam kehidupan sehari-hari!

2.

Jelaskan hubungan pendidikan dan media cetak dalam membangun

kesadaran kebangsaan. Bandingkan dengan peranan media cetak

yang saat ini berkembang di tanah air!

3.

Jelaskan peran wanita dalam membangun semangat kebangsaan

!

4.

Mengapa para pemuda belum puas dengan perkembangan organisasi

pergerakan kebangsaan di Indonesia sebelum tahun 1928?

5.

Mengapa perjuangan Perhimpunan Indonesia dapat menginspirasi para

pemuda untuk mewujudkan gerakan persatuan di antara organisasi

pergerakan?

Tugas

Di lingkungan tempat tinggalmu mungkin banyak organisasi yang

berkembang, baik itu organisasi sosial atau organisasi politik. Coba cari

akar sejarahorganisasi itu, kemudian tuliskan bagaimana perkembangan

organisasi.

201

Sejarah Indonesia

B. Sumpah Pemuda: Tonggak Persatuan dan Kesatuan

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960. 1995.

Gambar 4.11

foto Kongres Pemuda II.

Pernahkah kamu

mendengar lagu di

samping? Lagu ciptaan

Liberty Manik itu coba

kamu nyanyikan syairnya

dan hayatilah setiap kata

yang terkandung dalam

lagu itu.

Satu nusa

Satu bangsa

Satu bahasa kita

Tanah air

Pasti jaya

Untuk Selama-lamanya

Indonesia pusaka

Indonesia tercinta

Nusa bangsa

Dan Bahasa

Kita bela bersama

-Liberty Manik-

Memahami Lingkungan

202

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

»

Nah, coba kamu renungkan dan pahami gambar dan lirik lagu di

depan! Mungkin kamu juga sudah mencoba untuk menyanyikan

lagu tersebut.

1. Coba ajukan beberapa pertanyaan terkait dengan gambar

dan lagu tersebut.

2. Siapa saja kira-kira pelopor pertemuan seperti yang tertera

pada gambar tersebut.

3. Apa makna lagu tersebut bila dikaitkan dengan peristiwa

sejarah di masa pergerakan nasional.

Gambar pada halaman 201 menunjukkan salah satu situasi Kongres Pemuda II

pada tahun 1928 yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda. Dikaitkan

dengan lirik-lirik lagu di atas sangat tepat karena beberapa lirik lagu itu

menggambar isi Sumpah Pemuda. Nah bagaimana proses lahirnya Sumpah

Pemuda tersebut. Pada uraian berikut kita akan belajar tentang serangkaian

peristiwa sebelumnya yang terkait dengan Kongres Pemuda II dan lahirnya

Sumpah Pemuda.

1.

Federasi dan “Front Sawo Matang”

Pada uraian di depan sudah disebutkan bahwa kaum muda terpelajar belum

puas dengan perkembangan organisasi pergerakan yang belum bersatu.

Kesadaran kebangsaan sudah tumbuh, tetapi masih terbatas pada anggota

masing-masing organisasi. Dengan belajar dari perjuangan PI pemuda

semakin bersemangat untuk mewujudkan persatuan di antara organisasi-

organisasi pergerakan yang ada.

Asas perjuangan PI tidak hanya menginspirasi para muda terpelajar, tetapi

juga tokoh-tokoh organisasi pada umumnya. Sebagai contoh Ir. Sukarno. Ia

belum juga puas dengan keadaan dan perkembangan organisasi-organisasi

yang ada, termasuk PNI sebagai organisasi yang ia pimpin. Perkembangan

PNI memang sangat pesat tetapi belum mampu membangun jaringan

dan kerja sama dengan organisasi-organisasi yang lain. Oleh karena itu,

Memahami Teks

203

Sejarah Indonesia

Ir.Sukarno ingin membentuk wadah yang merupakan gabungan dari

berbagai organisasi. Sukarno pernah membentuk Konsentrasi Radikal pada

tahun 1922. Konsentrasi Radikal dimaksudkan merupakan wadah penyatuan

para nasionalis dan partai-partai yang diwakilinya.

Gagasan tentang persatuan dan kerja sama antarorganisasi itu sudah

lama didengungkan oleh PI. Bahkan “persatuan” menjadi salah satu asas

perjuangan PI. Tahun 1926 Moh. Hatta dengan tegas menyatakan perlunya

diciptakan “blok nasional” yang terdiri atas partai-partai politik (organisasi-

organisasi pergerakan), baik yang berbasis komunis maupun yang nasionalis,

(baik yang agamis maupun yang sekuler), guna menghadapi penjajahan

pemerintah Hindia Belanda. Namun sayangnya pada tahun 1926 dan awal

tahun 1927 PKI dengan ambisinya melakukan gerakan sendiri melawan

kekuasaan Belanda dan akhirnya dapat dihancurkan oleh Belanda.

Dengan peristiwa itu, maka tokoh-tokoh pergerakan nasionalis semakin

bersemangat untuk membentuk kekuatan bersama. Apalagi kondisi politik

saat itu yang diwarnai dengan sikap keras dan kejam pemerintah kolonial

terhadap organisasi-organisasi pergerakan. Oleh karena itu, sangat diperlukan

kerja sama antara berbagai organisasi pergerakan yang ada. Kebetulan juga

pada tahun 1927 telah terbit beberapa surat kabar yang memuat tulisan

tentang perlunya mengatasi berbagai perbedaan untuk membangun kerja

sama yang lebih kokoh.

Dalam rangka merealisasikan gagasan tentang persatuan itu, Ir. Sukarno ingin

membentuk wadah persatuan dengan memadukan aliran nasionalisme, Islam

dan marxisme, sehingga merupakan kekuatan moral dan nasionalisme yang

kokoh. Ir. Sukarno mendesak para pemimpin organisasi untuk membentuk

sebuah federasi antarpartai dan organisasi yang sekaligus merupakan “front

sawo matang” untuk menghadapi praktik diskriminasi kelompok kulit putih

yang merasa superior. Federasi dalam hal ini harus mencerminkan situasi

sosial dan politik di Indonesia dengan berbagai orientasi dan aliran yang

beragam. Mengingat realitas ini maka federasi dibuat longgar dan tidak lebur.

Ir. Sukarno segera menemui beberapa pimpinan organisasi untuk membahas

ide persatuan melalui sebuah federasi. Sukarno juga bertemu dengan Dr.

Sukiman sebagai pimpinan Partai Sarikat Islam (PSI) sebagai organisasi atau

partai yang cukup besar di Indonesia. Serangkaian pertemuan dan diskusi

dilakukan untuk membahas tentang pembentukan federasi antarpartai dan

organisasi di Indonesia. Ada pemikiran bahwa organisasi baru hasil federasi

itu akan diberi nama “Persatuan Rakyat Indonesia” (Sardiman AM, 1996).

204

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Untuk membahas secara resmi tentang ide federasi tersebut maka pada

tanggal 17-18 Desember 1927 diadakan rapat di Bandung. Hadir dalam

rapat itu antara lain perwakilan dari BU, PNI, PSI, PPKI, beberapa organisasi

pemuda seperti Sumatranen Bond, Kaum Betawi, Pasundan, Kelompok Studi

Indonesia. Mereka sepakat mendirikan sebuah federasi yang diberi nama

“Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia”

(PPPKI). Kemudian sebelum terbentuk kepengurusan federasi yang tetap,

terlebih dulu dibentuk semacam panitia yang diketuai oleh Sabirin. Akhirnya

terbentuk kepengurusan tetap PPPKI, sebagai berikut.

Dewan Penasihat : Ir. Sukarno dan Dr. Sukiman

Ketua : Iskaq Cokroadisuryo

Sekretaris merangkap Bendahara

: Dr. Samsi

Adapun tujuan dari PPPKI adalah sebagai berikut:

1)

Mencegah perselisihan antarpartai dan organisasi

2)

Menyatukan arah dan cara beraksi dalam perjuangan ke kemerdekaan

Indonesia.

3)

Mengembangkan persatuan kebangsaan Indonesia dengan berbagai

lambangnya, seperti Sang Merah Putih, lagu Indonesia Raya dan

Bahasa Indonesia.

»

Mengapa Ir. Sukarno ingin membentuk federasi antarpolitik dan

organisasi pergerakan. Mengapa federasi yang akan dibentuk itu

bersifat longgar?

2.

Cita-Cita Persatuan

Munculnya elite baru di kalangan kaum muda terpelajar, telah melahirkan

pemahaman baru, yakni tentang kebangsaan. Kalangan elite baru itu lebih

cenderung memilih pekerjaan sebagai guru, penerjemah, dokter, pengacara,

dan wartawan agar dapat memberikan perlindungan dan advokasi kepada

rakyat.

Tujuh tahun setelah didirikannya Budi Utomo, pemuda Indonesia mulai

bangkit meskipun dalam loyalitas kedaerahan. Seperti telah disinggung di

depan bahwa pada tahun 1915 telah lahir organisasi pemuda yang pertama,

Trikoro Darmo. Trikoro Darmo ini diharapkan menjadi wadah pembinaan

generasi muda untuk penjadi pemimpin nasional yang memiliki rasa cinta

tanah air.

205

Sejarah Indonesia

Organisasi Trikoro Darmo dirasakan para anggotanya cenderung Jawa sentris,

terutama Jawa Tengah dan Jawa Timur. Oleh karena itu, dalam kongresnya

di Solo pada 12 Juli 1918, nama Trikoro Darmo diganti menjadi

Jong Java,

yang berarti Jawa Muda. Harapannya masyarakat dan komunitas Sunda di

Jawa Barat dan juga Kaum Betawi bisa bergabung dengan

Jong Java

.

Pada dasarnya

Jong Java

ini bukan organisasi politik dan anggotanya tidak

berpolitik. Organisasi ini lebih menaruh perhatian pada pendidikan dan

pelatihan. Namun dalam perkembangannya atas usul Samsurijal pada

kongers

Jong Java

tahun 1924, bahwa anggota

Jong Java

itu dibagi dalam

dua kelompok. Kelompok pertama anggota yang berusia di bawah 18 tahun

tidak boleh berpolitik dan kelompok kedua anggota yang berusia 18 tahun

ke atas diizinkan untuk ikut dalam gerakan politik.

Berkembangnya organisasi

Jong Java

ini telah mendorong munculnya

organisasi pemuda di berbagai daerah. Misalnya pada tanggal 9 Desember

1917 berdiri organisasi pemuda

Jong Sumatranen Bond

. Organisasi ini

didirikan oleh para pelajar dan pemuda Sumatera yang ada di Jakarta.

Tokohnya antara lain Moh. Hatta, Muh. Yamin. Tujuannya untuk mempererat

tali persaudaraan dan persatuan antarpelajar dari Sumatera.

Sumber: 30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960. 1995.

Gambar 4.12

Foto salah satu situasi Kongres Jong Java.

206

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Pada tahun 1918 berdiri organisasi pemuda yang bernama

Jong Minahasa.

Menyusul berikutnya berdiri

Jong Celebes

(Sulawesi),

Jong Ambon, Jong

Borneo

(Kalimantan). Kemudian Sekar Rukun, organisasi pemuda dari tanah

Sunda yang didirikan oleh para pelajar Sekolah Guru. Organisasi-organisasi

ini berorientasi pada kedaerahan atas dasar prinsip persatuan. Tujuan

dikembangkannya organisasi-oraganisasi itu untuk mempersatukan para

pemuda dan pelajar yang merupakan keturunan dari orang tua yang berasal

dari daerah-daerah yang bersangkutan (misalnya anggota

Jong Celebes

para pemuda/pelajar keturunan orang tua dari Sulawesi,

Jong Ambon

, para

pemuda keturunan orang tua dari Ambon, dan begitu seterusnya).

Selain berkembang organisasi pemuda dari berbagai daerah juga muncul

organisasi pemuda dari kelompok agama. Sebagai contoh dari penganut

agama Islam muncul organisasi

Jong Islamieten Bond

(JIB). Organisasi ini atas

ide Agus Salim setelah usulnya untuk memasukkan unsur Islam di dalam

Jong Java

, tidak diterima. Oleh karena dibentuk

Jong Islamieten Bond

untuk

mewadahi para pemuda yang berasal dari kalangan Islam. Sebagai ketua JIB

dipercayakan kepada Samsurijal dan Agus Salim sebagai penasihat. Sekalipun

berbasis Islam, JIB memperjuangkan persatuan nasional

Perkembangan organisasi-organisasi pemuda tersebut semakin meramaikan

suasana pergerakan kebangsaan di Indonesia, apalagi setelah beberapa

organisasi pemuda mulai bersentuhan dengan gerakan politik. Sebagai

contoh pada lustrum pertama

Jong Sumatranen Bond

pada tahun 1923.

Dalam lustrum itu Muh. Yamin menyampaikan pidato yang bertajuk;

De

Maleische Taal in het verleden, heden en ini de toekomst

(Bahasa Melayu

di Masa Lampau, Sekarang dan Masa Datang). Muh. Yamin melontarkan

gagasan pentingnya sebuah majalah kebudayaan yang diberi nama Malaya

(nama ini dalam rangka mengambil hati penduduk Malaya yang masih

berada di bawah penjajahan Inggris). Gagasan ini dapat dimaknai bahwa

perlunya bangsa Indonesia memiliki bahasa pengantar yang bersumber dari

budaya sendiri (Restu Gunawan, “Pemuda dan Perempuan dalam Dinamika

Nasionalisme Indonesia, dalam buku

Indonesia dalam Arus Sejarah

,

2012).

Begitu juga Jong Java setelah tahun 1924 nuansa politik semakin jelas.

Sementara itu JIB sudah sangat kental dengan gerakan politik. Dengan

demikian, telah terjadi perubahan pesat dan radikal di lingkungan organisasi

pemuda. Organisasi pemuda saat itu semakin meluas untuk mencapai cita-

cita persatuan Indonesia.

207

Sejarah Indonesia

Pada tanggal 15 November 1925 dilaksanakan pertemuan organisasi-

organisasi pemuda. Hadir dalam pertemuan itu antara lain perwakilan dari

Jong Java,

Jong Sumatranen Bond, Jong Ambon,

Jong Celebes,

Pelajar-

pelajar Minahasa, Sekar Rukun. Dalam pertemuan ini antara lain dibahas

tentang rencana kongres pemuda. Kemudian setelah pertemuan ini juga

dibentuk sebuah komite dipimpin oleh Tabrani. Komite ini diberi tanggung

jawab untuk menyelenggarakan kongres pemuda.

»

Gerakan pemuda memiliki andil yang penting dalam mewujudkan

cita-cita persatuan Indonesia? Coba lakukan telaah secara kritis!

Setelah dilakukan berbagai persiapan maka pada 30 April – 2 Mei 1926,

diadakannya rapat besar pemuda di Jakarta, yang kemudian dikenal dengan

Kongres Pemuda Pertama. Kongres itu diketuai oleh M. Tabrani. Tujuan

kongres itu adalah untuk mencapai perkumpulan pemuda yang tunggal, yaitu

membentuk suatu badan sentral. Keberadaan badan sentral ini dimaksudkan

untuk memantapkan paham persatuan kebangsaan dan mempererat

hubungan antara semua perkumpulan pemuda kebangsaan.

Sumber: Sejarah Nasional dan Sejarah Umum, 1996

Gambar 4.13

. Foto salah satu situasi Kongres Pemuda I

208

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Gagasan-gagasan persatuan dibicarakan dan juga dipaparkan oleh para

tokoh dalam kongres itu. Sumarto misalnya, tampil sebagai pembicara

dengan topik “Gagasan Persatuan Indonesia”. Bahder Djohan tampil dengan

topik “Kedudukan Wanita dalam Masyarakat Indonesia”. Nona Adam

yang menyampaikan gagasannya tentang “Kedudukan Kaum Wanita”.

Djaksodipoero berbicara tentang “Rapak Lumuh”. Paul Pinontoan berbicara

tentang “Tugas Agama di dalam Pergerakan Nasional”. Muhammad Yamin

berbicara tentang “Kemungkinan Perkembangan Bahasa-Bahasa dan

Kesusasteraan Indonesia di Masa Mendatang”.

Gagasan yang disampaikan oleh Yamin dalam kongres itu merupakan

pengulangan dari pidatonya yang disampaikan dalam Lustrum I

Jong

Sumatranen Bond.

Saat itu pidato Yamin mendapat komentar dari Prof. Dr.

Hooykes, bahwa kelak Muh. Yamin menjadi pelopor bagi usaha penggunaan

bahasa Melayu sebagai bahasa pengantar dan pergaulan di Indonesia.

Dengan demikian, penggunaan bahasa Belanda dapat semakin terdesak.

Dalam Kongres Pemuda I telah muncul kesadaran dan kesepahaman

tentang perlunya bahasa kesatuan. Pada saat kongres ini telah diusulkan

untuk memutuskan bahasa kesatuan yang pilihannya antara bahasa Jawa

atau Bahasa Melayu. Setelah dipilih satu di antara dua bahasa itu akhirnya

dipilih Bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan yang disebut dengan

Bahasa Indonesia. Jadi pada akhir Kongres Pemuda I itu sudah disepakati

dan diputuskan bahwa bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia. Hanya

pada waktu M. Tabrani mengusulkan dan kemudian memutuskan agar

Ikrar Pemuda yang mengakui Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan

dibicarakan lagi pada Kongres Pemuda berikutnya. Inilah hasil penting dari

Kongres Pemuda I.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Kongres Pemuda I telah melahirkan

keputusan yang mendasar yakni mengakui dan menerima tentang cita-cita

persatuan Indonesia dan bahasa Indonesia disepakati sebagai perekatnya.

Perlu diketahui bahwa usul mengenai bahasa Indonesia itu sebenanrnya

datang dari M. Tabrani. Semula Muh. Yamin agak keberatan, namun setelah

berdiskusi dengan Sanusi Pane dan dan Adinegoro, disepakati yang diusulkan

sebagai bahasa persatuan adalah bahasa Indonesia yang intinya berasal dari

bahasa Melayu yang akan diperkaya oleh bahasa-bahasa lainnya.

209

Sejarah Indonesia

»

Tahun 1926 telah dilaksanakan Kongres Pemuda I. Kongres ini

memiliki peran penting dalam sejarah perjuangan bangsa. Coba

jelaskan!

3.

Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa.

Perangkat lunak untuk membangun dan memperkokoh persatuan sudah

disepakati, yakni bahasa. Namun, dalam rangka melawan penjajahan harus

juga diwujudkan secara kongkret. Organisasi atau partai yang berjalan sendiri-

sendiri tentu tidak efektif. Begitu juga organisasi pemuda yang terpisah-pisah

tidak akan bisa melawan penjajahan. Oleh karena itu, setelah Kongres

Pemuda I berakhir, berkembang usulan agar dilakukan penggabungan

berbagai organisasi pemuda yang ada. Sebagai realisasinya maka pada

tanggal 15 Agustus 1926 diadakan pertemuan organisasi-organisasi pemuda

di Jakarta. Hadir dalam pertemuan itu perwakilan antara lain dari

Jong Java

,

Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond,

Sekar Rukun

, Jong Bataks

Bond

,

Jong Celebes,

Perhimpunan Pelajar Ambon, juga dihadiri Komite

Kongres Pemuda I. Dalam pertemuan ini diusulkan agar dibentuk badan

tetap untuk keperluan persatuan Indonesia. Berkaitan dengan usulan ini

maka tanggal 31 Agustus 1926 telah disahkan Anggaran Dasar untuk suatu

perkumpulan atau organisasi pemuda yang baru yang diberi nama

Jong

Indonesia

. Namun realisasinya belum memuaskan seperti yang diharapkan

para pemuda. Baru pada tanggal 20 Februari 1927 ada pertemuan yang

digagas oleh

Algemene Studie Club

di Bandung. Pertemuan tersebut berhasil

mendirikan organisasi pemuda yang diberi nama

Jong Indonesia

. Organisasi

ini berdasarkan pada asas kebangsaan atau nasionalisme. Tokoh-tokoh yang

ada di dalam

Jong Indonesia

itu antara lain: Sutan Syahrir, Suwiryo, Halim,

Moh. Tamzil, Yusupadi, dan Notokusumo.

Di samping organisasi itu, pada bulan September 1926 juga diadakan

pertemuan para pelajar atau mahasiswa. Dalam pertemuan itu berhasil

dibentuk perkumpulan yang diberi nama Perhimpunan Pelajar-Pelajar di

Indonesia (PPPI). Anggota umumnya dari para mahasiswa STOVIA dan

Sekolah Tinggi Hukum. PPPI bertujuan untuk memperjuangkan Indonesia

merdeka. Cita-cita hanya dapat tercapai bila paham kedaerahan dihilangkan

dan perselisihan pendapat di antara kaum nasionalis harus dihapuskan.

Aktivitas PPPI meliputi gerakan pemuda, sosial, dan politik. Ketua

perkumpulan itu Soegondo Djojopoespito, tokoh-tokoh lainnya adalah Muh.

Yamin, Abdullah Sigit, Suwiryo, Sumitro Reksodiputro, A.K. Gani, Sunarko,

210

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Amir Syarifuddin, dan Sumanang. Perhimpunan itu sering berkumpul di

Indonesische Clubgebouw

yang terletak di Jl. Kramat No 106, Weltevreden.

Mereka mempunyai hubungan antaranggota yang sangat dekat dan tidak

formal. PPPI memiliki peran penting dalam pertemuan-pertemuan berikutnya

dalam rangka mewujudkan persatuan Indonesia untuk melawan penjajahan

Belanda. Dua oragisasi PPPI dan

Jong Indonesia

ini memiliki peran strategis

dalam perjuangan pemuda untuk mewujudkan persatuan Indonesia.

Memasuki tahun 1927 perjuangan pemuda mengalami percepatan yang luar

biasa. Setiap ide persatuan untuk membebaskan Indonesia ditangkap dengan

segera, baik oleh kelompok pemuda bahkan juga kelompok tua. Dinamika

silaturahmi antarorganisasi terus dilakukan untuk mencapai kesepatan dan

mewujudkan. Gerakan semangat dan gelora perjuangan para pemuda ini

semakin meningkat untuk merapatkan barisan perjuangan di tanah Hindia,

karena didukung oleh bergabungnya tokoh-tokoh dan para pelajar dari

Perhimpunan Indonesia yang baru saja kembali ke tanah air. Di antara

mereka adalah Sartono, Moh. Nazif, dan Mononutu. Selama dua tahun

itulah para pemuda mengadakan pertemuan secara intensif di

Indonesische

Clubgebouw.

Pada tanggal 28 Desember 1927,

Jong Indonesia

menyelenggarakan kongres

di Bandung. Dalam kongres ini Ir. Sukarno memberikan ceramah yang dapat

menambah semangat para pemuda. Dalam kongres ini juga menetapkan

nama

Jong Indonesia

diganti dengan Pemuda Indonesia. Beberapa keputusan

penting dalam kongres ini antara lain:

1.

Menetapkan nama

Jong Indonesia

diganti dengan Pemuda Indonesia

2.

Bahasa Indonesia (akhirnya dipilih bahasa Melayu) dijadikan bahasa

pengantar organisasi Pemuda Indonesia.

3.

Pemuda Indonesia menyetujui usul PPPI tentang dibentuknya fusi semua

organisasi–organisasi lainnya yang berasaskan kebangsaan.

Selanjutnya untuk merealisasikan gagasan fusi semua organisasi itu, PPPI

segerta mengambil langkah-langkah. Diadakanlah pertemuan untuk

membentuk panitia yang dikenal sebagai Panitia Kongres Pemuda II. Panitia

ini akan bertanggung jawab terhadap serangkaian acara seperti rapat-

rapat terbuka dan ceramah-ceramah yang menganjurkan dan menguatkan

semangat persatuan. Pada bulan Juni 1928, panitia kongres dibentuk. Terpilih

sebagai Ketua Kongres Pemuda II adalah Soegoendo Djojopoespito dari PPPI.

Selengkapnya susunan panitia itu sebagai berikut.

211

Sejarah Indonesia

Ketua

: Soegoendo Djojopoespito dari PPPI

Wakil Ketua

: Djoko Marsaid dari

Jong Java

,

Sekretaris

: Muh. Yamin dari

Sumatranen Bon

d

Bendahara

: Amir Syarifuddin dari

Jong Bataks Bond

Pembantu I

: Djohan Muh. Tjai dari

Jong Islamieten Bond

Pembantu II

: Kontjosungkono dari Pemuda Indonesia

Pembantu III

: Senduk dari

Jong Celebes

Pembantu IV

: J. Leimena dari

Jong Ambon

Pemantu V

: Rohyani dari Pemuda Kaum Betawi

Banyak tokoh-tokoh dari Perhimpunan Indonesia yang memberi saran dan

masukan dalam penyelenggaraan kongres, misalnya Sartono, S.H., Sunario,

SH., Moh. Nazif, A.J.Z Mononutu.

Kongres Pemuda II ini dialaksanakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928.

Yang diundang dalam kongres ini adalah semua organisasi pemuda dan

mahasiswa, serta berbagai organisasi dan partai yang sudah ada. Tampak

hadir beberapa tokoh pemuda ataupun tokoh senior, seperti: Soegoendo

Djojopoespito, Djoko Marsaid, Muh. Yamin, Amir Syarifuddin, Sartono,

Kartokusumo, Abdulrahman, Sunario, Kartosuwiryo, S. Mangunsarkoro,

Nonan Purnomowulan, Siti Sundari, Muh. Roem, Wongsonegoro,

Kasmansingodimedjo, dan A.K. Gani. Kongres itu juga dihadiri perwakilan

dari

Volksraad

dan juga dari pemerintah Hindia Belanda. Diperkirakan hadir

lebih dari 750 orang.

Kongres itu dilaksanakan dalam tiga tahapan sidang.

Rapat pertama

Dilaksanakan hari Sabtu, 27 Oktober 1928 malam bertempat di gedung

Katholik Jongelingen Bond, Waterloopen

. Rapat dibuka oleh Ketua Panitia

Kongres Pemuda II. Di dalam pembukaan ini juga dibacakan amanat tertulis

dari Ir. Sukarno, amanat tertulis dari pengurus Perhimpunan Indonesia

yang ada di Belanda. Sementara itu, dalam pidato pembukaan Soegoendo

Djojopoespito menyerukan tentang pentingnya Indonesia Bersatu. Dalam

sidang pertama, Muh. Yamin memberikan ceramah tentang persatuan dan

kebangsaan Indonesia. Dalam ceramahnya itu Yamin menegaskan ada lima

faktor yang dapat memperkuat persatuan bangsa, yakni faktor: sejarah,

bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.

212

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Rapat kedua

Rapat kedua dilaksanakan pada hari Minggu, 28 Oktober 1928, berlangsung

pukul 08.00-12.00 Sidang dilaksanakan di

Oost Java Bioscoop Koningsplein

.

Rapat membahas hal-hal yang berkait dengan pendidikan. Beberapa tokoh

tampil berbicara misalnya Nona Purnomowulan, S. Mangunsarkoro. Ki Hajar

Dewantoro diharapkan dapat tampil sebagai pembicara tetapi berhalangan

hadir.

Rapat ketiga

Rapat ketiga dialksanakan pada hari Minggu 28 Oktober 1928 17.30-20.00

Rapat ini dilaksanakan di gedung

Indonesische Clubgebouw

., Jl. Kramat Raya

106. Pada rapat ketiga ini rencananya akan diramaikan dengan acara pawai

atau arak-arakan organisasi kepanduan. Namun, pawai gagal dilakukan

karena dihalang-halangi oleh pihak polisi Belanda. Hal ini mengecewakan para

peserta. Walaupun demikian, kekecewaan ini tidak menyurutkan semangat

para peserta. Bahkan sebaliknya semakin membakar semangat para peserta

kongres. Pada rapat yang ketiga ini juga diisi ceramah-ceramah. Misalnya

Ramelan menyampaikan tentang gerakan kepanduan. Berikutnya Sunario

menyampaikan materi tentang “Pergerakan Pemuda dan Persatuan Bangsa”

dalam ceramah ini ditekankan pentingnya persatuan dan kehidupan yang

demokratis dan patriotis.

Rapat kemudian diistirahatkan. Pada saat istirahat ini tampillah W.R.

Supratman untuk memainkan lagu yang diberi judul “Indonesia Raya”.

Namun untuk menyiasati agar tidak dilarang oleh orang Belanda yang hadir,

W.R. Supratman menampilkan lagu tersebut secara instrumental dengan

biola. Lagu inilah yang kemudian kita kenal dengan Lagu Kebangsaan

Indonesia dan bendera Merah Putih diakui sebagai bendera kebangsaan.

Setelah istirahat kemudian rapat dilanjutkan. Pada puncak Kongres Pemuda

II ini diikrarkan sebuah sumpah yang kemudian kita kenal dengan nama

Sumpah Pemuda senantiasa menjadi keputusan penting yang historis-

monumental dalam Kongres Pemuda II. Naskah rumusan ikrar Sumpah

Pemuda ini selengkapnya dirumuskan oleh Muh. Yamin. Naskah selengkapnya

dapat dilihat sebagai berikut.

213

Sejarah Indonesia

Kepoetoesan Kongres Pemoeda-Pemoedi Indonesia

Kerapatan pemoeda-pemoedi Indonesia diadakan oleh perkoempoelan-

perkoempoelan Indonesia berdasarkan kebangsaan, dengan namanja Jong

Java, Jong Soematra Bond (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar

Roekoen, Jong Islameten Bond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan

Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia.

Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1928 di negeri

Djakarta.Sesoenggoehnja mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang

diadakan di dalam kerapatan tadi sesoedahnja mendengar pidato-pidato dan

pembitjaraan ini.

Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan:

Pertama:

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah

darah jang satoe, tanah Indonesia

Kedua:

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe berbangsa

jang satoe, bangsa Indonesia

Ketiga:

Kami poetra dan poetri Indonesia, mendjoendjoeng

bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas

ini wadjib dipakai oleh segala perkoempoelan kebangsaan Indonesia.

Mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan

memperhatikan dasar persatoeannja:

Kemaoean,

Sejarah,

Bahasa,

Hoekoem adat,

Pendidikan dan kepandoean.

Dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala

surat kabar dan dibatjakan di moeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan. .

214

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Setelah Kongres Pemuda II berakhir, perkumpulan-perkumpulan pemuda

segera menyiapkan untuk melakukan proses fusi. Bahkan Jong Java sebagai

organisasi pemuda terbesar dan tertua mengadakan kongres tanggal 25-29

Desember 1928 di Yogyakarta memutuskan menyetujui untuk ikut fusi di

dalam perkumpulan pemuda baru yang akan segera dibentuk.

Sebagai pematangan persiapan fusi, pada tanggal 24 April dan 25 Mei

1929 diadakan pertemuan di gedung

Indonesia Clubgebouw

yang dihadiri

perwakilan perkumpulan pemuda seperti perwakilan

Jong Java, Jong

Sumatranen Bond,

dan Pemuda Indonesia. Dalam pertemuan ini disepakati

hasil fusi akan melahirkan organisasi pemuda yang baru yang berdasarkan

pada kebangsaan Indonesia. Untuk itu dibentuklah suatu komisi besar

yang anggotanya diambil dari berbagai organisasi pemuda. Berdasarkan

perwakilan dari masing-masing organisasi itu disusunlah struktur Komisi

Besar Indonesia Muda, sebagai berikut.

Ketua

: Kuntjoropurbopranoto

Wakil Ketua

: Muh. Yamin

Penulis I

: Joesoepandi

Penulis II

: Sjahrial

Sumber: .30.Tahun Indonesia Merdeka 1945-1960. 1995 .

Gambar 4.14

Foto salah satu situasi Kongres Pemuda.

215

Sejarah Indonesia

Bendahara I

: Assaat

Bendahara II

: Soewadji Prawirohardjo

Administratie I

: A.K. Gani

Administratie II

: Mohammad Tamzil

Pembantu

: G.R. Pantouw

Pembantu

: Surjadi

Selanjutnya Komisi Besar Indonesia Muda ini menyelenggarakan kongres pada

tanggal 28 Desember 1930 - 2 Januari 1931 di gedung Habiprojo Surakarta.

Dalam kongres ini diputuskan organisasi baru sebagai hasil fusi berbagai

organisasi pemuda yang diberi nama Indonesia Muda. Tepat pukul 12.00

WIB semua hadirin diminta untuk berdiri dan piagam pendirian Indonesia

Muda dibacakan. Pada saat itu Panji-panji Indonesia Muda berkibar untuk

selama-lamanya diiringi bunyi gamelan, setelah gamelan berhenti semua

pemuda yang hadir menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Pada saat diresmikan Indonesia Muda sudah memiliki 25 cabang di seluruh

Indonesia dengan 2.393 anggota (Restu Gunawan, “Pemuda dan Perempuan

dalam Dinamika Nasionalisme Indonesia”, dalam buku

Indonesia dalam

Arus Sejarah,

2012). Dengan berdirinya Indonesia Muda secara otomatis

perkumpulan atau berbagai organisasi pemuda yang ada menyatakan

membubarkan diri.

Tujuan organisasi Indonesia Muda ini adalah membangun dan

mempertahankan keinsyafan antara anak bangsa yang bertanah air satu agar

tercapai Indonesia Raya. Karena Indonesia Muda berusaha memajukan rasa

saling menghargai dan memelihara persatuan semua anak bangsa, menjalin

kerja sama dengan semua komponen bangsa, mengadakan kursus-kursus

untuk memberantas buta huruf, memajukan kegiatan olah raga, dan lain-

lain.

»

Peristiwa Kongres Pemuda II tahun 1928 yang melahirkan Sumpah

Pemuda Tahun 1928 dapat dikatakan sebuah revolusi dalam sejarah

perjuangan bangsa Indonesia dalam upaya membebaskan bangsa

dari cengkeraman penjajahan. Coba jelaskan!

216

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

4.

Nilai-nilai Penting Sumpah Pemuda

Menurut Taufik Abdullah, kisah Kongres Pemuda II yang melahirkan Sumpah

Pemuda memperlihatkan pada kita tentang satu hal yang menarik dalam

pengetahuan masa lalu kita. Sumpah Pemuda dapat kita lihat sebagai

perwujudan dari sebuah peristiwa besar, yaitu produk dari berkumpulnya

organisasi-organisasi pemuda terpelajar untuk melakukan “Kongres

Pemuda”. Sumpah Pemuda dipandang sebagai pengakuan fundamental dari

sebuah bangsa yang masih dalam tahap pembentukan. Ia terbentuk melalui

kurun yang waktu panjang. Tujuh tahun setelah terbentuknya Budi Utomo,

pemuda Indonesia mulai bangkit meskipun masih dalam tahapan loyalitas

kepulauan. Perubahan pesat dan radikal dari organisasi-organisasi pemuda

itu mendorong mereka untuk menciptakan persatuan yang lebih luas.

Dengan demikian, jelas nilai yang utama dari peristiwa Sumpah Pemuda

adalah nilai

persatuan

.

Persatuan yang diilhami oleh asas perjuangan

Perhimpunan Indonesia ini sudah lama diperjuangkan oleh para pemuda.

Para pemuda dengan memahami sejarah panjang perjuangan bangsa

Indonesia, telah melahirkan kesadaran yang mendalam tentang pentingnya

persatuan. Kiranya dapat cermati bagaimana ratusan tahun bangsa kita

berjuang untuk membebaskan diri dari kekuasaan penjajahan. Aceh berjuang,

Banten, Mataram, Makassar, Maluku, tetapi gagal karena mereka berjuang

di daerahnya sendiri-sendiri. Selanjutnya Patimura, Pangeran Hidayatullah,

Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol, Cut Nyak Dien juga kandas tidak

mampu mengusir penjajah karena tidak ada saling membantu di antara

mereka. Mereka belum mampu menjalin persatuan di antara mereka.

Begitu juga di era modern BU, SI, Indische Partij, PSI, PKI, PNI belum berhasil

membebaskan Indonesia dari cengkeraman penjajah. Setiap organisasi masih

cenderung berjuang dengan organisasinya sendiri. Oleh karena itu, berbagai

organisasi pemuda berusaha sekuat tenaga untuk mewujudkan persatuan

di antara anak bangsa, minimal di kalangan pemuda. Lahirnya Indonesia

Muda diharapkan dapat menggerakkan seluruh komponen bangsa untuk

menciptakan Indonesia Raya, membebaskan diri dari penjajahan, dan

akhirnya tercapai kemerdekaan.

Nilai berikutnya, adalah kemandirian, jati diri, kedaulatan atau penguatan

nasionalisme. Secara tidak langsung dengan peristiwa Sumpah Pemuda,

para pemuda telah meneguhkan pentingnya jati diri Indonesia, penguatan

semangat kebangsaan atau nasionalisme. Hal ini tercermin dalam ikrar satu

tanah air, satu bangsa dan keikhlasan menjunjung satu bahasa: INDONESIA.

217

Sejarah Indonesia

Pernyataan satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia ini menunjukkan adanya

kesadaran yang amat tinggi tentang jati diri dan semangat kebangsaan kita

semua sebagai orang Indonesia. Di dalam jati diri dan ruh kebangsaan itu

tentu mengandung kemandirian, kalau bangsa ini mandiri berarti berdaulat,

berdaulat berarti tidak dijajah orang lain, itulah kemerdekaan.

Di balik peristiwa Sumpah Pemuda, juga terkandung nilai demokrasi. Setelah

Sumpah Pemuda diikrarkan, persatuan diwujudkan maka langkah-langkah

perjuangan pun dilaksanakan. Dalam mewujudkan cita-cita Indonesia

Raya, satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa perlu ada program-program

kebersamaan, saling menghargai, dan rembug bareng di antara komponen

bangsa untuk memajukan bangsa. Setelah maju dapat mandiri dan bedaulat.

Bahkan dalam strategi politik para pemuda juga mengembangkan sikap

saling menghargai baik yang mengambil langkah kooperasi maupun non-

kooperasi. Mereka dalam berjuang tidak lagi dengan fisik dan kekerasan

tetapi dengan bermusyawarah, berdemokrasi misalnya melalui

Volksraad

.

Di depan sudah disinggung bahwa pada tahun 1926 telah menunjukkan

perubahan dalam orientasi perjuangan bagi organisasi pergerakan

kebangsaan. Pendekatan dan strategi perjuangan mulai dimantapkan.

Orientasi dan pendekatan politik semakin terbuka. Semangat persatuan

dan kesatuan mulai digelorakan. Kongres Pemuda II yang melahirkan

Sumpah Pemuda secara nyata mengembangkan semangat persatuan dan

kebangsaan. Di samping itu, Sumpah Pemuda secara tidak langsung

telah memberikan pelajaran tentang nilai-nilai jati diri dan demokrasi.

Dengan dipelopori organisasi pemuda, nilai dan semangat keindonesiaan

untuk memperkokoh jati diri dan kemandirian juga semakin memantapkan

perjuangan bangsa Indonesia. Perjuangan politik melalui Volksraad telah

juga menjadi ajang yang penting untuk menunjukkan salah satu strategi

perjuangan bangsa yang lebih demokratis.

Dengan demikian, dapat ditegaskan bahwa Sumpah Pemuda telah

menjadi tonggak sejarah dalam mengompakkan perjuangan seluruh warga

bangsa Indonesia dalam upaya mengusir penjajah. Sekalipun perjuangan

belum berlabuh pada tujuan yang diharapkan tetapi semua itu, baik

perjuangan yang bersifat kooperatif dan non-kooperatif, perjuangan

melalui Volksraad maupun di luar Volksraad telah menunjukkan eksistensi

bangsa Indonesia dalam berjuang untuk mengusir penjajahan menuju

kemerdekaan bangsa

.

218

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

KESIMPULAN

1

.

Memasuki tahun 1926 gagasan tentang persatuan antarorganisasi dan

komponen bangsa semakin menguat.

2.

Ir. Sukarno berusaha menyatukan berbagai organisasi dan partai yang ada.

Tahun1927 telah membentuk: ”Permufakatan Perhimpunan-perhimpunan

Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). Bahkan sebelum yakni tahun 1922

Sukarno telah membentuk Konsentrasi Radikal.

3.

Berbagai organisasi pemuda berusaha mewujudkan cita-cita persatuan.

Tahun 1926 diadakan Kongres Pemuda I. Dalam kongres ini semakin

kuatnya untuk mewujudkan persatuan antara semua unsur dan disepakati

untuk membentuk organisasi pemuda yang baru sebagai hasil fusi

antaraorganisasi pemuda yang ada. Disepakati perlunya bahasa Indonesia

sebagai bahasa pengantar.

4.

Sumpah Pemuda sebagai klimak agenda dalam Kongres Pemuda II, 28-10-

1928 dengan ikrarnya satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa, merupakan

peristiwa dan sangat penting yang historis-monumental dalam dinamika

perjuangan bangsa menuju cita-cita persatuan Indonesia.

5. Sumpah Pemuda memiliki nilai-nilai yang sangat bermakna dalam menuju

cita-cita Indonesia Merdeka. Nilai-nilai persatuan, jati diri/semangat

kebangsaan dan demokrasi merupakan nilai-nilai yang sangat penting

artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia pada masa-masa berikutnya,

yang secara nyata menunjukkan identitas keindonesiaan. Indonesia Raya,

Indonesia Merdeka sebagai tujuan utama.

219

Sejarah Indonesia

LATIH UJI KOMPETENSI

1.

Mengapa pemuda berusaha keras untuk mewujudkan cita-cita

persatuan Indonesia?

2.

Menurut analisismu, apa yang menjadi produk terpenting dari Kongres

Pemuda I tahun 1926?

3.

Di dalam ikrar Sumpah Pemuda antara lain dinyatakan tanah air

yang satu tanah Indonesia, berbangsa yang satu Bangsa Indonesia,

menjunjung bahasa Persatuan Bahasa Indonesia. Mengapa rumusan

yang terkait dengan bahasa Indonesia berbeda dengan yang tanah air

dan bangsa, jelaskan!

4.

Dalam konteks memperjuangkan persatuan untuk kemerdekaan

bangsa, siapa tokoh yang paling berperan penting dalam Kongres

Pemuda II?

5.

Jelaskan secara krtitis tentang nilai-nilai penting dalam Sumpah

Pemuda, mengapa nilai-nilai itu kamu anggap penting?

6.

Perhatikan kutipan berikut

“Pada 31 Oktober 1920 anggota dari dua perhimpunan pelajar terbesar di Hindia

Belanda, Jong Java dan Jong Sumatranen Bond berkumpul di sebuah ruangan di Batavia

untuk mendengarkan pidato P. Fournier, seorang pimpinan gerakan teosofi Hindia. Itu

adalah pertemuan pertama Studiegroep Politiek Wetenshappen (Kelompok Studi Ilmu

Politik)...

” Kepala yang dingin dan hati yang gembira”.

Begitulah Fournier

menyimpulkan kualitas-kualitas terpenting yang harus dipunyai seorang pemimpin

politik. Hati yang gembira maksudnya adalah cinta yang menggelora terhadap tanah

air, hasrat yang menyala-nyala untuk bekerja demi kemajuan bangsa.” Begitulah jiwa

politik yang diharapkan oleh Fournier kepada para pelajar....”

Coba jelas bagaimana pendapatmu tentang kutipan tersebut dalam

konteks perjuangan tokoh-tokoh di Indonesia!

220

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Tugas

Buatlah sebuah karya tulis sejarah dengan judul “Pemudaku: Dulu, Kini dan

Esok”. (kamu dapat menggunakan berbagai buku, koran, dan majalah yang

ada di sekitar kamu sebagai sumber).

Jangan lupa dalam uraian karangan itu mengandung uraian tentang

pentingnya Sumpah Pemuda, mengapa setiap tanggal 28 Oktober diperingati

sebagai Hari Sumpah Pemuda dan Hari Pemuda. Apa makna Sumpah Pemuda

itu bagi dirimu, bagi para pelajar dan pemuda pada umumnya?

221

Sejarah Indonesia

c.

Penguatan Jati Diri Keindonesiaan

»

1. Coba cermati dengan seksama gambar di atas. Kemudian buatlah

beberapa pertanyaan terkait dengan gambar tersebut!

2. Apa kira-kira isi kegiatan kongres yang sesuai pada gambar itu?

3. Aktivitas yang tertera pada gambar tersebut ada kaitannya

dengan proses penguatan jati diri keindonesiaan?

Kalau kita perhatikan isi Sumpah Pemuda merupakan suatu peristiwa

komitmen dan kebulatan tekad Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang satu

dan tanah air yang satu, serta menjunjung bahasa persatuan yang satu,

bahasa Indonesia.

Memahami Lingkungan

Sumber: Indonesia dalam Arus Sejarah, 2012.

Gambar 4.15

Foto Kongres GAPI tahun 1939.

222

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Harus diingat Sumpah Pemuda itu memiliki makna yang strategis dalam

rangkaian untuk mengembangkan rasa persatuan dan proses penguatan jati

diri bangsa, bangsa Indonesia. Karena hal yang sangat menonjol, setelah

terjadinya Sumpah Pemuda, organisasi-organisasi dan partai yang ada secara

tegas mendasarkan jiwa dan semangat keindonesiaan. Partai atau organisasi

politik yang belum mencatumkan namanya dengan kata Indonesia, mulai

menambahkan nama Indonesia, misalnya Partai Sarekat Islam menjadi Partai

Sarekat Islam Indonesia.

Pada bagian ini kita akan mendalami tentang materi yang terkait dengan

“Penguatan Jati Diri Keindonesiaan” sebagai implikasi dari semangat Sumpah

Pemuda.

1.

Politik untuk Kesejahteraan dan Kejayaan

Perlu dipahami bahwa dengan berkembangnya organisasi di kalangan

pemuda juga diikuti oleh

berkembangnya organisasi wanita atau perempuan

di Indonesia. Pada tahun 1912 berdiri organisasi perempuan yang pertama

yakni Putri Mardika di Jakarta. Organisasi itu bertujuan untuk membantu

bimbingan dan penerangan pada gadis bumiputera dalam menuntut

pelajaran dan mengemukakan pendapat di muka umum, serta memperbaiki

hidup wanita sebagai manusia yang mulia. Berbagai aktivitas dilakukan oleh

organisasi itu, terutama memberikan beasiswa untuk menunjang pendidikan

dan menerbitkan majalah wanita

Putri Mardika.

Beberapa tokoh yang pernah

duduk dalam kepengurusan Putri Mardika, yaitu Sabaruddin, R.A Sutinah,

Joyo Pranoto, Rr. Rukmini, dan Sadikun Tondokusumo. Kartini

Fonds

,

didirikan atas usaha Ny. C. Th. Van Deventer, seorang penasehat Politik

Etis. Perkumpulan itu didirikan pada 1912 dengan tujuan untuk mendirikan

sekolah Kartini. Setelah itu, muncul dan berkembang organisasi perempuan

di berbagai daerah, juga organisasi-organisasi perempuan sebagai bagian

dari organisasi yang sudah ada, seperti organisasi wanita di Muhammadiyah,

organisasi wanita di Taman Siswa, organisasi perempuan di BU, dan begitu

seterusnya.

Memahami Teks

223

Sejarah Indonesia

Berkembangnya berbagai organisasi wanita tersebut mendorong pergerakan

wanita untuk lebih berperan untuk meningkatkan kesejahteraan kaum

perempuan. Wanita yang mengenyam pendidikan juga semakin banyak.

Dengan demikian, wawasan mereka juga semakin berkembang untuk

memberi dukungan terhadap organisasi-organisasi pergerakan pada

umumnya.

Diadakannya Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda

tersebut nampaknya ikut menyemangati perjuangan organisasi pergerakan

perempuan di Indonesia. Seide dengan pelaksanaan Kongres Pemuda II itu

kemudian organisasi-organisasi wanita yang telah berkembang di berbagai

daerah di Indonsia itu mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada

22-25 Desember 1928, di Pendopo Joyodipuro, yang dipimpin oleh Ny. R.A.

Sukanto. Kongres itu diprakarsai oleh Ny. Sukoto, Nyi Hajar Dewantara,

dan Nn. Suyatin. Kongres itu bertujuan untuk menjalin persatuan di antara

perkumpulan wanita, dan memajukan wanita. Dalam Kongres Perempuan

Indonesia I itu dihadiri oleh 30 organisasi wanita. Kongres Perempuan

Indonesia I itu merupakan bagian penting bagi Kesatuan Pergerakan Wanita

Indonesia. Untuk mengenang sejarah kongres perempuan maka setiap

tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu di Indonesia.

Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V, 1984.

Gambar 4.16

Kongres Perempuan I, 22-25 Desember 1928.

224

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Pada perkembangan selanjutnya organisasi itu berubah nama sebagai

Perserikatan Perhimpunan Istri Indonesia (PPPI). Perjuangan organisasi itu

semakin kuat dengan didirikannya Isteri Sedar dan Istri Indonesia. Isteri Sedar

didirikan oleh Suwarni Pringgodigdo (1930), di Bandung. Organisasi itu

bertujuan meningkatkan kesadaran wanita Indonesia untuk memperkokoh

cita-cita Indonesia Merdeka. Organisasi ini sejalan dengan PNI, yang menolak

poligami. Selanjutnya Istri Indonesia didirikan 1932. Organisasi itu didirikan

berdasarkan nasionalisme dan demokrasi. Tujuan Istri Indonesia adalah

mencapai Indonesia Raya dan bersikap kooperatif terhadap pemerintah

Belanda. Tokoh-tokoh organisasi itu adalah Ny. Sunaryo Mangunpuspito dan

Maria Ulfah Santoso. Kongres Perempuan I dan juga semakin meningkatnya

gerakan organisasi wanita telah ikut mendorong bagi kemajuan perjuangan

bangsa Indonesia untuk mencapai kejayaan. Kejayaan ini dalam rangka

menuju cita-cita kemerdekaan.

»

Organisasi kaum perempuan juga memiliki andil yang cukup penting

dalam ikut memajukan masyarakat Hindia yang sedang dijajah oleh

Belanda. Coba jelaskan bagaimana peran organisasi perempuan

dalam membantu memajukan bidang pendidikan saat itu.

2.

Pemuda yang Berpolitik

Seperti telah dijelaskan bahwa pada tahun 1931 secara resmi telah berdiri

organisasi pemuda hasil fusi yang bernama Indonesia Muda. Mereka para

anggota penuh semangat untuk memperjuangakan Indonesia Bersatu,

Indonesia yang merdeka.

Pada mulanya perkumpulan Indonesia Muda tidak diperbolehkan terlibat

dalam politik. Tekanan pemerintah terhadap larangan berpolitik mendorong

anggota Indonesia Muda untuk mendirikan perkumpulan lain, bahkan

tersebar di berbagai organisasi politik atau golongan yang ada. Pada 1931,

orang-orang PNI Baru di Malang mendirikan Suluh Pemuda Indonesia yang

bercorak Marhaen. Partindo di Yogyakarta mendirikan Persatuan Pemuda

Rakyat Indonesia (Perpri). Dari perkumpulan Islam misalnya, berdiri JIB bagian

keputrian, Pemuda Muslim Indonesia, Pemuda Muhammadiyah, Pemuda

Perserikatan Ulama, Pemuda Persatuan Islam, dan Anshor NU. Dari pemuda

Kristen misalnya, lahir Persatuan Pergerakan Pemuda Kristen, sementara

225

Sejarah Indonesia

pemuda Katholik melahirkan Mudo Katholik dari partai politik Suluh Pemuda

Indonesia, barisan Pemuda Gerindo, Jajasan Obor Pasundan. Perkumpulan

lainnya seperti, Taman Siswa, Persatuan Pemuda Teknik, Persatuan Putri

Cirebon, Kebangunan Sulawesi, dan Minangkabau. Di dalam organisasi ini

para pemuda dapat bersentuhan dengan kegiatan politik sesuai dengan

dinamika organisasi induknya.

Dalam gerakannya para pemuda juga melakukan kegiatan kepanduan.

Kepanduan itu berasal dari kepanduan

Jong Java

, Pemuda Sumatera,

dan organisasi pemuda lainnya. Di samping itu juga berdiri kepanduan

berdasarkan kebangsaan dan keagamaan, seperti Natipy, Hizbul Wathon,

Siap, dan Kepanduan Rakyat Indonesia.

Kepanduan itu mengambil azas dari kepanduan dunia, yang berisi tentang

memberikan pelajaran dalam bentuk segala permainan dan kecakapan pandu,

untuk meningkatkan kesehatan para pemuda. Dalam kegiatan kepanduan

ini para pemuda dengan payung kegiatan kesehatan bisa dikaitkan dengan

pembinaan disiplin seperti baris-berbaris. Dari kegiatan ini dapat ditumbuhkan

semangat termasuk kemudian semangat patriotisme dan nasionalisme, atau

cinta tanah air seperti yang dikembangkan di lingkungan Hizbul Wathon.

3.

Nasionalisme yang Revolusioner

Sebagai seorang terpelajar Sukarno, muncul sebagai seorang pemuda cerdas

yang memimpin pergerakan nasional baru. Ia mendirikan partai dengan

nama Partai Nasional Indonesia (4 Juli 1927). Partai itu bersifat revolusioner,

sebelumnya partai itu bernama Algeemene Studie Club. Sukarno memimpin

partai itu hingga Desember 1929. Jumlah anggotanya hingga saat itu

mencapai 1000 orang.

Sukarno juga turut serta memprakarsai berdirinya Permufakatan

Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI) pada

1927. Pada 28 Oktober 1928 organisasi ini ikut menyatakan ikrar tentang

tanah air yang satu, berbangsa satu, dan berbahasa satu, yaitu Indonesia.

Pernyataan Sumpah Pemuda itu membawa dampak luas pada masyarakat

untuk menumbuhkan nasionalisme yang kuat. Di daerah-daerah munculnya

nasionalisme yang digerakkan oleh tradisi dan agama. Mereka terinspirasi

oleh para pemimpin pergerakan nasional yang ada di Jakarta.

226

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Oleh karena itu,

perlawanan terhadap

kekuasaan kolonial

pada masa pergerakan

banyak berbasis pada

masalah perkumpulan

agama. Di pihak lain,

karena gerakan-

gerakannya yang

cenderung keras,

komunis merupakan

target langsung dari

pemerintah Belanda.

Namun

demikian,

Belanda tidak dapat

mempertahankan

kekuasaan mereka di

daerah-daerah yang berbasis komunis. Pada saat itu semangat untuk

memerangi imperialisme dan kolonialis begitu kuat di lingkungan pengikut-

pengikut PKI. Pengikut Tan Malaka masih terus dapat mempertahankan

kerangka struktur yang biasanya dilakukan melalui kontak pribadi di desa-

desa atau bekerja sama dengan organisasi-organisasi agama lainnya.

Sementara itu Partai Nasional Indonesia (PNI) terus menggelorakan program-

program perjuangan. Kritik tajam terhadap kekejaman kolonialisme dan

imperialis terus dilancarkan. Oleh karena itu, PNI di bawah pimpinan Ir.

Sukarno terus mendapat tekanan dari Belanda. Sukarno sebagai pimpinan PNI

karena aksi-aksi yang dengan radikal terhadap pemerintah Belanda, akhirnya

ditangkap dan diadili. Menjelang vonis pengadilan dijatuhkan, Sukarno

sempat mengucapkan pidato pembelaan untuk membakar semangat para

pejuang. Pidato pembelaan itulah yang kemudian dibukukan dengan judul:

“Indonesia Menggugat”.

Pidato pembelaan Bung Karno yang kemudian diberi judul Indonesia

Menggugat itu telah ikut membangun kesadaran tentang dampak

penjajahan dan imperialisme modern yang akan membawa kesengsaraan

Sumber: Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan

Pemuda di Indonesia 1918-1930, (2003.)

Gambar 4.17

Logo PNI di dinding saat pelaksanaan kongres.

227

Sejarah Indonesia

dan penderitaan rakyat. Oleh karena itu, setiap organisasi dan partai yang

berjiwa kemerdekaan akan menolak dan melakukan perlawanan terhadap

kekejaman penjajah dan imperialisme (baca: Indonesia Menggugat. Pidato

Bung Karno tentang Indonesia Menggugat itu telah ikut mendorong

terjadinya penguatan kesadaran sebagai bangsa yang harus merdeka.

Pidato pembelaan Bung karno yang cukup kritis dan keras untuk tidak

mempengaruhi pendirian hakim. Putusan pengadilan akhirnya menjatuhkan

hukuman kurungan kepada Sukarno. Ia ditahan di Penjara Sukamiskin

selama empat tahun terhitung Desember 1930. Selama Sukarno menjalani

masa penahanannya PNI pecah menjadi dua, Partai Indonesia (Partindo)

dipimpin oleh Sartono dan Pendidikan Nasional Indonesia Baru dipimpin oleh

Mohammad Hatta dan Syahrir. Setelah bebas Sukarno masuk dalam Partai

Indonesia.

Partai Indonesia pimpinan Sukarno lebih menekankan pada mobilisasi massa,

sedangkan Hatta dan Sjahrir lebih menekankan pada organisasi kader yang

akan menentang tekanan pemerintah kolonial Belanda dengan keras dan

lebih menanamkan pemahaman ide nasionalisme. Namun demikian, kedua

strategi politik itu belum mencapai hasil yang maksimal. Akhirnya, ketiga

tokoh itu ditangkap dan diasingkan oleh Belanda dan ditahan serta diasingkan

Sumber : Manusia dalam Kemelut Sejarah, 1978.

Gambar 4.18

Foto Sukarno dan kawan-kawan di depan gedung pengadilan di Bandung.

228

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

pada 1933. Kedua organisasi yang

didirikan oleh ketiga tokoh itupun

dibubarkan oleh pemerintah

kolonial.

Sukarno dengan ide-ide

nasionalisme itu memang terus

diawasi. Selepas dari penjara

Sukamiskin kemudian diasingkan

ke Ende, Flores, Nusa Tenggara

Timur. Ia ditempatkan di sebuah

rumah (konon rumah ini milik Haji

Abdullah). Bersama keluarganya,

Sukarno selama empat tahun

(1934-1938) diisolasi dijauhkan dari

dinamika perjuangan kebangsaan. Tetapi ide dan semangat nasionalismenya

tidak pernah padam. Dikisahkan di pengasingan itu Sukarno sering

merenung di bawah pohon sukun yang ada di dekat rumah itu. Kebetulan

pohon sukun itu bercabang lima. Ia merenungkan nilai-nilai luhur yang ada

dalam kehidupan Bangsa Indonesia

sejak zaman Praaksara. Nilai-nilai

itulah yang kemudian dirumuskan

menjadi nilai-nilai dalam Pancasila.

Menurut Cindy Adam, Sukarno

memberi nama Pancasila itu karena

terinspirasi dengan pohon sukun

yang bercabang lima dan daun

sukun yang memiliki lima sirip

kanan, kiri, dan tengah.

Sukarno ternyata tidak hanya

diisolasi, sebagai tahanan

pemerintah, Sukarno justru masih

harus berjuang untuk menghidupi

anggota keluarganya. Inilah

perjuangan dan pengorbanan

yang harus dilakukan Sukarno di

pengasingan.

Sungguh sebuah pengorbanan

yang dilakukan Sukarno. Kalau

ia mau bekerja untuk Belanda

tentu akan menjadi orang yang

kaya raya bersama keluarganya.

Tetapi ia tidak memilih itu. Ia

memilih berjuang bersama rakyat,

sekalipun harus miskin, harus

dipenjara di Sukamiskin.

Sumber:https://www.google.co.id/search.

phon+sukun,5-9-2015

Gambar 4.19.

Pohon sukun di Ende tempat

Sukarno merenung, waktu ia diasingkan ke Ende

229

Sejarah Indonesia

»

Merenungkan kisah Sukarno itu sangat menarik. Tidak hanya

diisolasi, Sukarno harus juga berjuang untuk menghidupi

keluarganya selama empat tahun di pengasingan. Ia berjualan

pakaian. Makan dengan sayur seadanya. Kadang-kadang dengan

ikan asin. Bahkan saat ibu mertuanya meninggal di pengasingan

itu, Sukarno harus menguburkannya sendiri. Karena Sukarno selalu

mendapat pengawasan ketat dari serdadu Belanda, sehingga

Sukarno sulit berinteraksi dengan orang lain. Cukup tragis memang.

Nah, bagaimana perasaan kamu dengan nasib Sukarno pejuang

kita itu. Bagaimana pula penilaian kamu dengan tindakan Belanda

tersebut?

4.

Volksraad

: Wahana Perjuangan

Sementara Sukarno dan beberapa tokoh lain ditahan, organisasi pergerakan

untuk menentang Belanda terus berjalan. Kelompok yang beraliran Marxis

mendirikan Gerakan Rakjat Indonesia (Gerindo) di bawah kepemimpinan Amir

Sjarifuddin dan A.K. Gani. Partai ini cenderung menampakkan faham fasisme

internasional. Di Sumatera Timur, PNI, PKI, Permi, dan Partindo pemimpinnya

berasal dari organisasi-organisasi radikal dari tahun-tahun sebelumnya.

Gerindo sebagai partai yang berpaham marxis lebih menunjukkan sikap

anti kolonialisme, anti-Eropa dan antikapitalisme. Desakan-desakan untuk

kemerdekaan nasional sangat kuat dan radikal. Organisasi itu juga tidak

sepaham dengan sistem feodalisme, nasionalisasi perusahaan-perusahaan

kapital dan restorasi hak-hak tanah pribumi.

Sementara itu, Gabungan Politik Indonesia (GAPI) didirikan pada tahun 1939.

Tokoh pendiri GAPI adalah Muhammad Husni Thamrin. Dalam gabungan itu,

Gerindo berada dalam satu arah dengan Parindra yang dipimpin oleh Thamrin

dan sebelumnya oleh Sutomo. Parindra adalah partai politik Indonesia yang

paling berpengaruh di Hindia, karena keberhasilannya dalam pemilihan di

volksraad. Thamrin kemudian memimpin front Indonesia bersatu di dalam

V

olksraad

yang disebut Fraksi Nasional.

Pada akhir tahun 1929, pimpinan PNI ditangkap. Untuk melanjutkan

perjuangan maka dibentuklah fraksi baru dalam

volksraad

yang bernama

Fraksi Nasional, pada Januari 1930 di Jakarta. Fraksi itu diketuai oleh

230

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Muhammad Husni Thamrin yang beranggotakan sepuluh orang yang berasal

dari Jawa, Sumatera, dan Kalimantan. Tujuan organisasi itu adalah menjamin

kemerdekaan Indonesia dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.

Penangkapan pimpinan PNI menjadi pembicaraan di kalangan Fraksi Nasional.

Mereka mengecam tindakan pemerintah terhadap ketidakadilan yang

diterapkan terhadap gerakan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial. Atas

usulan Fraksi Nasional itu

volksraad

meninjau ulang kebijakan pemerintah

kolonial. Pemerintah kemudian mengusulkan perkara yang dituduhkan

kepada para pemimpin ke pengadilan tinggi, bukan pengadilan negeri.

Akan tetapi permintaan itu ditolak, karena masalah itu menyangkut masalah

perbuatan pidana, bukan masalah pelanggaran politik. Jelaslah bahwa

gerakan yang dilakukan oleh kaum pergerakan dianggap sebagai kejahatan

yang mengganggu keamanan bukan sebagai gerakan politik.

Fraksi Nasional juga menolak usulan pemerintah untuk memperkuat

pertahanan yang dapat menghabiskan biaya yang besar. Ini berarti menambah

kesengsaraan rakyat karena situasi ekonomi saat itu sedang mengalami

depresi. Menurut Fraksi Nasional lebih baik biaya itu digunakan untuk

meningkatkan kesejateraan rakyat. Sementara pengawasan dalam bidang

politik semakin diperketat dengan adanya bermacam-macam larangan,

seperti larangan berkumpul, pembredelan surat kabar, dan propaganda.

Fraksi Nasional juga mendorong anggotanya untuk lebih berperan dalam

Volksraad.

Para nasionalis di

Volksraad

diminta untuk bersikap nonkooperasi.

Meskipun aspirasi masyarakat sudah mendapat tempat, melalui perjuangan

yang bersikap moderat dalam perjuangannya, rasa tidak puas terhadap

pemerintah terus berkembang. Kericuhan sempat muncul dengan adanya

Petisi Sutardjo pada 15 Juli 1936, dalam sidang V

olksraad.

Petisi itu

menyuarakan tentang kurang giatnya pergerakan nasional dalam pergerakan

yang disebabkan oleh tidak adanya saling pengertian dari pihak pemerintah.

Situasi politik dunia saat itu, yaitu sedang berkembangnya naziisme dan

fasisisme seharusnya membuat pemerintah waspada melihat bahaya yang

mungkin mengancam Indonesia, sehingga perlu mempererat hubungan

dengan Pergerakan Nasional Indonesia.

231

Sejarah Indonesia

Sutardjo Kartohadikusumo, yang saat itu sebagai ketua Persatuan Pegawai

Bestuur/Pamong Praja Bumi Putera dan wakil dari organisasi itu di V

olksraad,

mendapat dukungan dari beberapa wakil golongan dan daerah dari

Volksraad

mengusulkan diadakan suatu musyawarah antara wakil Indonesia dan

Kerajaan Belanda untuk menentukan masa depan bangsa Indonesia yang

dapat berdiri sendiri meskipun dalam ruang lingkungan Kerajaan Belanda.

Petisi itu melahirkan pro dan kontra, baik di kalangan Indonesia dan Belanda.

Petisi itu mendapat persetujuan mayoritas dari anggota

Volksraad,

selanjutnya

disampaikan pada pemerintah kerajaan dan parlemen Belanda. Partai

Nasional saat itu memperingatkan para pendukung petisi, bahwa tindakan

yang diambil itu tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat, seperti

Volksraad

sehingga usaha itu sia-sia belaka. Pendukung petisi itu tidak

menghiraukan peringatan itu, bahkan membentuk suatu komite agar petisi

itu mendapat dukungan luas di kalangan rakyat. Kondisi itu tidak hanya

bergerak di Indonesia saja, bahkan hingga ke negeri Belanda, sehingga

menyetujui petisi itu.

Petisi itu tanpa melalui perdebatan ditolak oleh pemerintah Belanda pada 16

November 1938. Alasan penolakan petisi adalah Indonesia belum siap untuk

memikul tanggungjawab memerintah diri sendiri. Bangsa Indonesia juga

dinilai belum mampu untuk berdiri apalagi menjadi negara yang merdeka.

Cara penolakan yang tanpa perdebatan di parlemen mengecewakan pihak

pergerakan nasional, meskipun pihak yang ditolak sesungguhnya telah

menduga sebelumnya. Realitas itu menunjukkan bahwa tuntutan rakyat

Indonesia tidak dibicarakan secara terbuka di parlemen.

PETISI SUTARDJO:

1. Volk

sraad sebagai parlemen sesungguhnya,

2. Direktur departemen diberi tanggungjawab,

3. Dibentuk Dewan Kerajaan sebagai badan tertinggi antara

negeri Belanda dan Indonesia yang anggotanya merupakan

wakil kedua belah pihak,

4. Penduduk Indonesia adalah orang-orang yang karena

kelahirannya, asal usulnya, dan cita-citanya memihak Indonesia.

232

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

a.

Partai Indonesia Raya (Parindra)

Partai Indonesia Raya didirikan di Solo pada Desember 1935. Partai ini

merupakan gabungan dari dua organisasi yang berfusi yaitu BU dan PBI.

Sebagai ketuanya dipilih dr. Sutomo. Tujuan partai adalah mencapai Indonesia

Raya dan mulia yang hakekatnya mencapai Indonesia merdeka.

Di Jawa anggota Parindra banyak berasal dari petani, mereka kemudian

disebut dengan kaum

kromo

.

Di daerah lain masuk kaum Betawi, Serikat

Sumatera, dan Sarikat Selebes. Partai ini adalah yang mengajukan petisi

Sutardjo yang ditandatangani oleh Sutardjo, penandatanganan pertama,

yang lainnya I.J. Kasimo,.dr. Sam Ratulangi, Datuk Tumenggung, Kwo Kwat

Tiong, dan Alatas.

b.

Gabungan Politik Indonesia (GAPI)

Kegagalan Petisi Sutardjo mendorong gagasan untuk menggabungan

organisasi politik dalam suatu bentuk federasi. Gabungan Politik Indonesia

(GAPI) itu diketuai oleh Muh. Husni Thamrin. Pimpinan lainnya adalah Mr.

Amir Syarifuddin, dan Abikusno Tjokrosuyoso. Alasan lain dibentuknya GAPI

adalah adanya situasi internasional akibat meningkatnya pengaruh fasisme.

Juga sikap pemerintah yang kurang memperhatikan kepentingan Bangsa

Indonesia. Kemenangan dan kemajuan yang diperoleh negara fasis yaitu,

Jepang, Jerman, Italia tidak menggembirakan Indonesia. Karena itu pers

Indonesia menyerukan untuk menyusun kembali barisan dalam suatu wadah

persatuan berupa “konsentrasi nasional”.

Sumber: Mohammad Hoesni Thamrin, 2003.

Gambar 4.20

Foto tokoh–tokoh GAPI.

233

Sejarah Indonesia

Parindra berpendapat pentingnya untuk perjuangan ke dalam, yaitu

menyadarkan dan menggerakkan rakyat untuk memperoleh suatu

pemerintahan sendiri, serta menyadarkan pemerintah Belanda akan cita-

cita bangsa Indonesia. Juga mengadakan perubahan pendekatan dengan

organisasi-organisasi politik untuk membicarakan masa depan Bangsa

Indonesia. Pada 21 Mei 1939, dalam rapat pendirian konsentrasi nasional di

Jakarta berhasil didirikan suatu organisasi yang merupakan kerja sama partai

politik nasional di Jakarta yang diberi nama Gabungan Partai Politik Indonesia

(GAPI).

Anggaran Dasar GAPI menyebutkan, bahwa GAPI mempunyai hak untuk

menentukan diri sendiri; persatuan nasional dari seluruh bangsa Indonesia

dengan berdasarkan kerakyatan dalam paham politik, ekonomi, sosial, dan

persatuan aksi seluruh pergerakan Indonesia. Dalam konferensi I GAPI (4 Juli

1939) dibicarakan aksi GAPI dengan semboyan Indonesia berparlemen. GAPI

tidak menuntut kemerdekaan penuh, tetapi suatu parlemen berdasarkan

sendi demokrasi.

Untuk mencapai tujuannya, GAPI menyerukan pada rakyat Indonesia agar

didukung oleh semua lapisan masyarakat. Seruan itu disambut hangat oleh

Pers Indonesia. Pada 1939, GAPI mengadakan rapat umum. Tidak kurang

dari seratus tempat mengadakan rapat propaganda tujuan GAPI, sehingga

suasana di Indonesia saat itu menyerukan Indonesia berparlemen. Penyadar,

PNI Baru, dan Perkumpulan Kristen Indonesia tidak sependapat dengan GAPI.

Mereka berpendapat tidak ada gunanya bersifat meminta-minta kepada

Belanda.

Untuk mencapai tujuannya, GAPI membentuk Kongres Rakyat Indonesia

(KRI). Tujuan kongres untuk kesempurnaan Indonesia dan cita-citanya, yaitu

Indonesia Berparlemen penuh. Keputusan penting lainnya adalah penetapan

bendera Merah Putih dan lagu Indonesia Raya sebagai bendera dan lagu

persatuan Indonesia. Juga penggunaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa

rakyat Indonesia. Selanjutnya dibentuk Komite Parlemen Indonesia.

Saat Jerman menyerbu Polandia, GAPI mengeluarkan

Manifest GAPI

(20

September 1939). Isi manifest itu mengajak rakyat Indonesia dan Negeri

Belanda untuk bekerja sama menghadapi bahaya fasisme. Menurut GAPI

usaha itu lebih berhasil bila rakyat Indonesia diberi hak baru dalam urusan

pemerintahan, yaitu suatu pemerintahan dengan parlemen yang dipilih dari,

oleh rakyat, dan pemerintah yang bertanggungjawab kepada parlemen.

234

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Pada Agustus 1940, saat negeri Belanda dikuasai Jerman dan Indonesia

dinyatakan dalam darurat perang, GAPI kembali mengeluarkan resolusi yang

menuntut diadakannya perubahan ketatanegaraan di Indonesia dengan

menggunakan hukum tata negara dalam masa genting. Isi resolusi adalah

mengganti

Volksraad

dengan parlemen sejati yang anggotanya dipilih

rakyat dan mengubah fungsi kepala departemen menjadi menteri yang

bertanggungjawab kepada parlemen. Bagi rakyat serta organisasi lainnya

yang tidak bergabung dalam GAPI diminta untuk mendukung GAPI. Resolusi

itu dikirimkan ke gubernur jenderal,

Volksraad

, Ratu Wilhelmina, dan kabinet

Belanda di London.

Aksi gigih yang dilakukan itu menghasilkan persetujuan pemerintah. Pada 14

September 1940 dibentuk

Commissie tot besudeering van staatsrechtelijke

Hervormigen

. Komisi itu dikenal dengan komisi Visman, karena diketuai oleh

D. Visman. Pembentukan komisi itu tidak mendapat sambutan baik dari

Volksraad

maupun dari GAPI sendiri. Ketidaksetujuan itu didasarkan dari

pengalaman sebelumnya, bahwa pembentukan komisi tidak menghasilkan

perbaikan nasib rakyat seperti yang diinginkan. Untuk menghindari

ketidaksamaan pendapat dalam menghadapi komisi Visman, GAPI meminta

anggota-anggotanya untuk tidak memberikan pendapatnya sendiri-sendiri.

Sikap GAPI menjadi lunak ketika menerima undangan secara resmi dari

komisi Visman. Sementara itu

Volksraad

mengajukan suatu mosi yang lebih ringan

dengan mengajak kerja sama pemimpin

Indonesia dan pemerintah Belanda.

Pertemuan wakil GAPI dengan komisi

Visman pada 14 Februari 1941 di

Gedung

Raad van Indie

, di Jakarta tidak

menghasilkan hal baru. Pertemuan itu

hanya menambahkan kekecewaan pada

kalangan pergerakan sehingga ada

anggapan GAPI tidak radikal lagi.

Tentang Penguatan Jatidiri

Kebangsaan selengkapnya

kamu bisa membaca buku

dari Taufik Abdullah dan A.B.

Lapian,

Indonesia dalam

Arus Sejarah, 2012

, juga

buku Suhartono,

Sejarah

Pergerakan Nasional: dari Budi

Utomo sampai Proklamasi

1908 -1945

, juga buku Siti

Waridah Q (dkk), 1997,

Sejarah Nasional Indonesia

dan Dunia

, buku Hans van

Miert,

Dengan Semangat

Berkobar: Nasionalisme

dan Gerakan Pemuda di

Indonesia, 1918-1930, 2003

,

juga buku Susanto Tirtoprodjo,

Sejarah Pergerakan Nasional

Indonesia, 1960 .

235

Sejarah Indonesia

5.

Tamatnya Kemaharajaan Belanda

Ratusan tahun sudah Belanda membangun kemaharajaan di Kepulauan

Indonesia, di tanah Hindia Belanda. Secara interen pejuang dan para pemuda

yang kemudian berpolitik untuk mewujudkan persatuan guna melawan

penjajahan. Roda kebangsaan digerakkan untuk melawan ganasnya roda

kolonialisme dan imperialisme. Tetapi tampaknya roda kolonialisme dan

imperialisme itu masih cukup kokoh. Tetapi para pejuang dan intelek muda

kita tidak pernah putus asa. Roda kebangsaan terus digerakkan di berbagai

penjuru yang dipandang memungkinkan untuk mendapatkan kebebasan

termasuk melalui

Volksraad.

Kebijakan politik etis telah diterapkan sebagai pengaman dari sebuah

pertanggungjawaban pemerintah kolonial terhadap negeri jajahan yang

rakyatnya sudah lama dibuat menderita. Pintu pendidikan dan politik bagi

kaum bumiputera, dibuka untuk memberi kesempatan para pejuang kita

untuk mengekspresikan strategi perjuangannya secara lebih demokratis,

berbeda dari perjuangan masa-masa sebelumnya. Tetapi semua ini tidak

dapat berjalan cepat sebagaimana harapan para pejuang pergerakan

kebangsaan. Kekuatan kolonialisme dan imperialisme Belanda tampak

masih mampu mengontrol para pejuang kita. Masuknya bumiputera sebagai

anggota

Volksraad

bukan berarti kaum bumiputera diberi hak penuh untuk

menyuarakan pendapatnya. Namun setidaknya

Volksraad

sudah memberikan

peluang para wakil Hindia, yang membukakan wawasan mereka perlunya

persatuan untuk melakukan gerakan nasional dalam melawan dominasi

kolonialisme dan imperialisme Belanda.

Di tengah-tengah roda pergerakan kebangsaan bergesekan dan beradu

dengan roda kolonialisme dan imperialisme, Tuhan Yang Maha Kuasa, telah

membuat skenario baru, yakni berkobarnya Perang Dunia II. Perang itu pun

dengan cepat menjalar ke Indonesia yang ditandai dengan datangnya tentara

Jepang yang kemudian ikut menyudahi kemaharajaan Belanda di Indonesia.

236

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

KESIMPULAN

1. Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang sangat penting

dalam upaya membangun jati diri bangsa Indonesia.

2. Melalui Kongres Pemuda II pada tanggal 28 Oktober 1928

telah digelorakan semangat persatuan dan kesatuan yang

sangat penting artinya bagi perjuangan rakyat Indonesia pada

masa-masa berikutnya, dengan secara nyata menunjukkan

identitas keindonesiaan. Indonesia merdeka sebagai tujuan

para pemuda.

3.

Berkembang pula nasionalisme modern yang revolusioner

seperti dipelopori Sukarno.

4.

Dalam perkembangannya muncul organisasi-organisasi baru

yang bersikap kooperatif dalam rangka mengembangkan

demokrasi dengan prinsip musyawarah. Oleh karena itu,

berbagai bentuk strategi organisasi-organisasi pergerakan

nasional dalam menghadapi kekuasaan kolonial dilakukan

dengan kooperasi dan non-kooperasi.

5.

Parindra merupakan organisasi yang berbentuk nasional dan

mempunyai strategi perjuangan dengan aksi politik Volksraad sebagai

media perjuangan.

6

Di tengah-tengah pergesekan kekuatan pergerakan kebangsaaan

dan kekuatan kolonialisme sedang berlangsung Perang Dunia II

berkecamuk. Kedatangan Jepang telah mempercepat tamatnya

kemaharajaan Belanda di Indonesia.

237

Sejarah Indonesia

LATIH UJI KOMPETENSI

1.

Coba jelaskan bagaimana peran pergerakan perempuan dalam

perjuangan mencapai persatuan dan pembebasan Indonesia dari

penjajah!

2.

Tahukan kalian isi pidato pembelaan Bung Karno yang kemudian

terkenal dengan sebutan “Indonesia Menggugat”?

3.

Tunjukkan secara kritis kaitan antara Sumpah Pemuda dengan

penguatan jati diri keindonesiaan?

4.

Mengapa Sutarjo menyampaikan petisi, apa makna petisi tersebut?

5.

Ilustrasikan secara singkat bagaimana perjuangan GAPI dalam rangka

memperkokoh jatidiri dan perjuangan melawan penjajahan!

Tugas

Buatlah sebuah karangan atau karya tulis sejarah dengan judul “Belanda

Tutup Buku di Indonesia” Jangan lupa kamu dapat mencari informasi

di perpustakaan atau wawancara kalau ada tokoh di sekitar kamu yang

sekiranya tahu tentang berakhirnya penjajahan Belanda di Indonesia.

238

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

LATIH ULANGAN AKHIR BAB

1.

Coba jelaskan peran Politik Etis sebagai pintu pembuka dalam

membangun kesadaran persatuan bangsa!

2.

Bagaimana peran pers dalam memajukan pola pikir masyarakat

sehingga dapat mendukung perjuangan bangsa?

3.

Lakukan telaah secara kritis bagaimana keterkaitan antara kebangkitan

rasa nasionalisme dengan munculnya Sumpah Pemuda.

4.

Apa yang dimaksud dengan “front sawo matang” dan bagaimana

kaitannya dengan cita-cita persatuan?

5.

Apa makna pidato Sukarno yang berjudul Indonesia Mengguggat

dengan upaya penguatan jati diri keindonesiaan?

6.

Bagaimana langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk merealisasikan

nilai-nilai persatuan dalam kehidupan sehari-hari sebagaimana yang

dikehendaki Sumpah Pemuda?

239

Sejarah Indonesia

LATIH UJI SEMESTER

A. Pilih salah satu jawaban yang paling tepat!

1.

Secara politik ekonomi, faktor pendorong utama orang-orang Eropa

mencari daerah timur, adalah .....

a.

ingin melanjutkan Perang salib

b.

menguasai wilayah Nusantara

c.

ditemukannya teori bahwa bumi itu bulat

d.

ingin mencari bahan mentah untuk industri

e.

jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki Usmani pada tahun

1453

2.

Alasan dibentuknya VOC adalah .....

a.

karena instruksi dari Raja Belanda

b.

menghindari persaingan antarkongsi dagang

c.

meningkatkan kas negara di negeri induk (Belanda)

d.

menguasai dan memonopoli perdagangan di Indonesia

e.

untuk mengefektifkan pelaksanaan penjajahan Belanda di

Indonesia

3.

Dampak positif bagi masyarakat dari penjajahan Belanda terutama

masa Tanam Paksa dan Usaha Swasta, adalah

a.

semakin banyaknya jenis tanaman dalam kegiatan pertanian

b.

dikembangkannya sarana transportasi

c.

dikembangkannya program pendidikan bagi kaum bumi putera

d.

dikembangkannya struktur pemerintahan yang lebih modern

e.

dikenalkannya ekonomi uang

4.

Asas Pi yang cukup menginspirasi pergerakan kebangsaan di

Indonesia adalah...

a.

self help

dan kesatuan nasional

b.

kooperasi dan kesejahteraan rakyat

c.

nasionalisme dan radikalisme

d.

kesatuan bahasa dan budaya

e.

kedaulatan politik dan kebebasan berpendapat

240

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

5.

Sumpah Pemuda dapat dikatakan sebagai bentuk proklamasi dari

a.

Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional

b.

lahirnya satu bangsa, bangsa Indonesia

c.

terbentuknya kesatuan wilayah Indonesia

d.

pengakuan keragaman dalam satu budaya nasional

e.

jati diri keindonesiaan merupakan identitas nasional

B.

Jawablah beberapa pertanyaan berikut!

1.

Jelaskan latar belakang kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke dunia

Timur! Bagaimana kondisi Eropa Barat pada abad ke-14 dan 15?

2.

Belanda termasuk bangsa yang terlambat datang ke Indonesia

dibanding dengan Spanyol, Portugis dan juga Inggris. Mengapa

demikian. Jelaskan dan tunjukkan dengan bukti terjadinya perebutan

hegemoni bangsa-bangsa Eropa di Indonesia!

3.

Jelaskan tentang kedaulatan Kerajaan Mataram di bawah Sultan

Agung! Bagaimana dengan kedudukannya dibanding dengan

kekuasaan VOC?

4.

Perlawanan Diponegoro terhadap Belanda didasari atas nilai kesyukuran

dan keimanan. Coba jelaskan!

5.

Jelaskan heroisme dalam perang Tondano!

6.

Daendels merupakan tokoh muda yang berpandangan maju. Akan

tetapi setelah memegang kendali di Indonesia banyak tindakannya

tidak sesuai dengan pandangan ideologinya. Begitu juga Raffles. Coba

jelaskan bagaimana pendapatmu dan bandingkan kedua tokoh itu.

Bagaimana pula tindakannya dalam pemerintahan!

7.

Tahukah kamu tentang posisi Politik Etis dan program pendidikan masa

pergerakan nasional di Indonesia? Apa peran penting Politik Etis bagi

munculnya Sumpah Pemuda?

241

Sejarah Indonesia

8.

Di samping persatuan, demokrasi dan jati diri keindonesiaan juga

merupakan nilai penting dari Sumpah Pemuda. Coba jelaskan.

9.

Apa yang dimaksud dengan “Indonesia Berparlemen”?

10.

Salah satu dampak perkembangan kolonialisme dan imperialisme

di Indonesia adalah tentang realitas batas wilayah. Coba jelaskan

perkembangan konsep batas wilayah Kepulauan Indonesia sampai

kemudian menjadi batas wilayah NKRI?

Tugas

Buatlah biografi seorang tokoh yang muncul dan berjuang pada kurun waktu

perlawanan terhadap penjajahan sampai masa pergerakan kebangsaan

Indonesia yang ada di daerahmu. Jangan lupa nilai-nilai apa yang dapat

diteladani dari tokoh tersebut.

Nasionalisme dan solidaritas adalah modal dasar kemandirian

bangsa

242

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

GLOSARIUM

Afdelin

g:

daerah yang merupakan bagian dari daerah karesidenan yang dipimpin

oleh seorang Asisten Residen

Aneksasi:

pengambilan dengan paksa tanah (wilayah) negara lain untuk disatukan

dengan tanah (negara) sendiri; penyerobotan; pencaplokan

Bangsa Moor:

sebutan untuk kaum Muslim

Cultuurstelsel:

Sistem Tanam Paksa yang digagas oleh Van den Bosch

de Heeren XVII (Dewan Tujuh Belas):

Dewan pimpinan VOC yang beranggotakan 17

orang wakil dari enam kamar dagang di Belanda

De Javasche Ban

k

, adalah sebuah bank yang didirikan oleh Belanda di Batavia

pada tanggal 24 Januari 1828

devide et impera:

Politik Adu domba

Dualisme pemerintahan

. Pada masa penjajahan ada dua pemerintahan yakni

pemerintahan Eropa (

Europees bestuur

) dan pemerintahan pribumi (

Inlands

bestuur

).

East India Company

(EIC)

:.Kongsi dagang Inggris berkantor pusat di India.

Ekspansif:

bersifat meluas

Eksploitasi:

pemanfaatan untuk keuntungan sendiri

Feodalisme

adalah sistem sosial politik yang memberikan kekuasaan besar kepada

bangsawan.

glory

: memburu kejayaan, superioritas, dan kekuasaan. Dalam kaitan ini mereka

saling bersaing dan ingin berkuasa di dunia baru yang ditemukannya.

gold:

memburu kekayaan dan keuntungan dengan mencari dan mengumpulkan

emas, perak dan bahan tambang serta bahan-bahan lain yang sangat

berharga. Waktu itu yang dituju terutama Guinea dan rempah-rempah dari

Timur

gospe

l

: menjalankan tugas suci untuk menyebarkan agama. Pada mulanya orang-

orang Eropa ingin mencari dan bertemu Prester John yang mereka yakini

sebagai Raja Kristen yang berkuasa di Timur

Grote Postweg

:

jalan raya pos antara Anyer–Panarukan sejauh 1.000 km.

gugur gunung

:

bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu hasil yang didambakan

(bersama)

243

Sejarah Indonesia

Imperialisme

adalah sistem politik yang bertujuan menjajah negara lain untuk

mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang lebih besar.

Interaksi

adalah saling berhubungan.

Intervensi

adalah campur tangan dalam perselisihan antara dua pihak.

Kapitulasi

adalah penyerahan kekuasaan sebagai akibat kekalahan dalam peperangan

kepada pihak pemenang.

Kapitulasi Tuntang:

perjanjian pengalihan kekuasaan di Hindia dari Belanda kepada

Inggris di Tuntang pada 18 September 1811

Kolonialisme:

paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau

bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu

Komisaris Jenderal:

Badan pemerintah baru yang dibentuk oleh Pangeran Willem

VI setelah Inggris mengembalikan kekuasaan kepada Belanda. Terdiri atas

tiga orang, yakni: Cornelis Theodorus Elout (ketua), Arnold Ardiaan Buyskes

(anggota), dan Alexander Gerard Philip Baron Van der Capellen (anggota).

Komoditas

adalah barang dagangan utama.

Kongsi

adalah persekutuan dagang.

Konvensi London:

Perjanjian yang mengharuskan Inggris mengembalikan tanah

jajahan di Hindia kepada Belanda tahun 1814.

Landrente

adalah pajak tanah.

Legiun Mangkunegara:

Legiun Mangkunegaran adalah organisasi militer ala Eropa

tepatnya Militer Perancis yang merupakan institusi modern di Asia pada awal

abad ke-19.

Liberalisme

adalah aliran ketatanegaraan dan ekonomi yang menghendaki demokrasi

dan kebebasan pribadi.

liberte, egalite dan fraternite

:

kebebasan, persamaan, dan persaudaraan. prinsip-

prinsip baru yang menggulingkan tradisi, hierarki monarki, aristokrat, dan

kekuasaan Gereja Katolik.

Mobilisasi

adalah pengerahan tenaga manusia untuk dijadikan tentara.

Moderat

adalah menghindari perilaku yang bersifat ekstrem.

Nederlansche Handel Matschappij

(NHM): Perusahaan Perdagangan Belanda

Onderkoopman

:

Pedagang Muda

Ordonansi:

peraturan pemerintah

Padrao

:

patok batu sebagai tanda bahwa daerah yang ditemukan itu milik Portugis

Pasar Monopoli:

hak tunggal untuk berusaha

Pasukan kavaleri:

pasukan berkuda

244

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Pelayaran Hongi:

Pelayaran hongi adalah pelayaran yang diadakan oleh VOC

dengan menggunakan senjata lengkap untuk mengawasi jalannya monopoli

perdagangan.

Prefektur:

wilayah yang memiliki otoritas.

Propaganda

adalah penjelasan yang dikembangkan dengan tujuan meyakinkan

seseorang agar menganut aliran, sikap, atau arah tindakan tertentu.

Raad van Indie (Dewan Hindia)

: Dewan yang bertugas memberi nasihat dan

mengawasi kepemimpinan gubernur jenderal.

Radikal

adalah kemajuan dalam berpikir dan bertindak untuk menuntut perubahan.

Rasionalisme

adalah paham yang mengatakan bahwa sumber dari segala kebenaran

adalah pikiran manusia.

Republik

Bataaf:

Pemerintahan baru Belanda sebagai bagian dari Perancis yang

dipimpin oleh Louis Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte.

Revolusi Perancis:

suatu periode sosial radikal dan pergolakan politik di Perancis

yang memiliki dampak abadi terhadap sejarah Perancis, dan lebih luas lagi,

terhadap Eropa secara keseluruhan

Sambatan:

membantu untuk mengurangi beban keluhan karena pekerjaan yang

banyak.

Sawo matang:

untuk memberi gambaran warna kulit orang Indonesia

Staatsblad

:

Lembaran Negara

Staten Generaal

:

Parlemen Belanda

Traktat London:

Perjanjian antara Inggris dan Belanda yang isinya antara lain bahwa

Belanda setelah mendapatkan kembali tanah jajahannya di Kepulauan

Nusantara, tidak dibenarkan mengganggu kedaulatan Aceh tahun 1824.

Traktat Sumatera:

Perjanjian yang memberikan Belanda kebebasan untuk meluaskan

daerahnya sampai ke Aceh tahun 1871.

Vadem

:

satuan ukur. satu

vadem

sama dengan 182 cm.

Vereenigde Oost Indische Compagnie

(VOC)

: Kongsi dagang Belanda berkantor pusat

di Batavia

Volksraad

adalah Dewan Perwakilan Rakyat pada masa penjajahan Belanda

245

Sejarah Indonesia

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Taufik dkk. 1978.

Manusia dalam Kemelut Sejarah

. Jakarta: LP3ES

--------, dan A.B. Lapian. 2012.

Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 4

(Kolonisasi dan

Perlawanan

). Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

--------, dan A.B. Lapian. 2012.

Indonesia Dalam Arus Sejarah jilid 5

(

Masa Pergerakan

Kebangsaan)

.

Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve.

Adam, Ahmat. 2003.

Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan.

Jakarta: Hasta Mitra.

Adam, Cindy. 1984.

Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia.

(alih bahasa:

Abdul Bar Salim). Jakarta: Gunung Agung.

Alfarizi, Salman. 2009.

Mohammad Hatta: Biografi Singkat (1902 – 1980

),

Yogyakarta: Garasi.

Bachtiar, Harsya W , Peter B.R. Carey, Onghokham. 2009.

Raden Saleh: Anak

Belanda, Mooi Indie dan Nasionalisme.

Jakarta: Komunitas Bambu.

Badan Musyawarah Musea. 1984.

Sejarah Perjuangan: Yogya Benteng Proklamasi,

Jakarta: Badan Musyawarah Musea

Bernard H. M, Vlekke. 1944.

Nusantara: a History of the East Indian Archipelago.

Massachusetts: Harvard University Press.

Boomgaard, Peter dan Janneke van Dijk. 2001.

Het Indie Boek.

Zwolle: Waanders

Drukkers.

Carey, Peter, (2011).

Kuasa Ramalan

:

Pangeran Diponegoro dan Akhir Tatanan Lama

di Jawa, 1785-1855,

(alih bahasa Parakitri T. Simbolon), Jakarta: Kepustakaan

Populer Gramedia.

Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. 2007.

Wisata Sejarah

. Jakarta: Departemen

Kebudayaan dan Pariwisata.

Elson, R. E.. 2009.

The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan

. Jakarta:

Serambi Ilmu Semesta.

Ensiklopedi Indonesia

. 1987. Jakarta: Ichtiar Baru – van Hoeve

Hering, Bob. 2003.

Mohammad Hoesni Thamrin.

Jakarta: Hasta Mitra.

Ingleson, John, 1983.

Jalan Pengasingan.

(alih bahasa: Zamakhsyari Dhofier). Jakarta:

LP3ES.

Kahin, George Mc.Turnan. 2013.

Nasionalisme & Revolusi Indonesia

, (alih bahasa

Tim Komunitas Bambu. Depok: Komunitas Bambu.

246

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Kartodirdjo, Sartono. 1990.

Pengatar Sejarah Indonesia Baru: Sejarah Pergerakan

Nasional dari Kolonialisme sampai Nasionalisme

,

Jilid 2. Jakarta: Gramedia.

Kartodirdjo, Sartono. 2005.

Sejak Indische sampai Indonesia.

Jakarta: Kompas.

Komandoko, Gamal. 2008

Boedi Oetomo: Awal Bangkitnya Kesadaran Bangsa

,

Yogyakarta: Medpress.

Margana, Sri dan Widya Fitrianingsih (ed.). 2010.

Sejarah Indonesia: Perspektif Lokal

dan Global.

Yogyakarta: Ombak.

Maryoto, Andreas. 2009.

Jejak Pangan: Sejarah, Silang Budaya dan Masa Depan

.

Jakarta: Kompas.

Miert, Hans van. 2003.

Dengan Semangat Berkobar: Nasionalisme dan Gerakan

Pemuda di Indonesia 1918-1930.

Jakarta: Hasta Mitra.

Moedjanto, G. 1988.

Indonesia Abad ke 20,

Jilid I, Yogyakarta: Kanisius.

Museum Sejarah Jakarta. 2012.

Petunjuk Museum Sejarah Jakarta

. Jakarta: Museum

Sejarah Jakarta.

Nagazumi, Akira, 1989.

Bangkitnya Nasionalisme Indonesia: Budi Utomo 1908 –

1918,

( alih bahasa: KITLV-LIPI), Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Nasution (1995).

Sejarah Pendidikan Indonesia

. Jakarta: Bumi Aksara.

Noer, Deliar. 1985.

Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900 – 1942

. Jakarta: LP3ES.

Nordholt, Henk Schulte (ed). 1997.

Outward Appearances: Trend, Identitas,

Kepentingan.

Yogyakarta: LKIS. .

Posponegoro, Marwati Djoened dan Nugroho Notosusanto. 1984.

Sejarah Nasional

Indonesia V.

Jakarta: Balai Pustaka.

--------, 1984,

Sejarah Nasional Indonesia VI,

Jakarta : Balai Pustaka .

Pringgodigdo, A.K., 1986,

Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia,

Jakarta: Dian Rakyat.

Album Pahlawan Bangsa

. 2004. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

Purwadi. (2003).

Perjuangan Kraton Yogyakarta: Jasa Sri Sultan Hamengku Buwono

I-X dalam Memakmurkan Rakyat.

Banten: Krakatau Press.

Reis, Ronald A. 2013.

Christopher Columbus and the Age of Exploration for kids

with 21 activities.

Chicago: Chicago Review Press.

Ricklefs, M.C. (1974)

.

Jogjakarta Under Sultan Mangkubumi 1749-1792.

London:

Oxford University Press.

--------, (2008),

Sejarah Indonesia Modern 1200 – 2008,

(alih bahasa Tim Penerjemah

Serambi). Jakarta: Serambi Ilmu Semesta.

--------,. dan Kusriyantinah. (1996).

Sejarah Nasional dan Sejarah Umum.

Surabaya:

Kendang Sari

247

Sejarah Indonesia

Simbolon, Parakiti T. (2007).

Menjadi Indonesia

, Jakarta: Kompas.

Sudarmanto, Y.B. 1992.

Jejak-Jejak Pahlawan: Dari Sultan Agung hingga Hamengku

Buwono IX.

Jakarta: Grasindo.

Suhartono. 1994.

Sejarah Pergerakan Nasional dari Budi Utomo sampai Proklamasi

1908 – 1945),

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suriansyah. M. dkk. (ed.), 2003,

Sejarah Banjar.

Banjarmasin: Badan Penerbit dan

Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan.

Swantoro, P. 2002.

Dari Buku ke Buku Sambung Menyambung Menjadi Satu.

Jakarta: KPG.

Wild, Colin dan Peter Carey. 1986.

Gelora Api Revolusi.

Jakarta: Gramedia.

Zuhdi, Susanto (ed.). 2003.

Tempat Pengasingan dan Makam Pejuang Bangsa,

Jakarta: Proyek Pelestarian dan Pengembangan Sejarah, Asdep Urusan Sejarah

Nasional, Deputi Bidang Sejarah dan Purbakala, Kementerian Kebudayaan

dan Pariwisata.

248

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Pemanfaatan internet untuk ilustrasi/gambar.

https://www

. google.co.id

./search

=kopi dan tebu, 7 – 8- 2015

https://id.wikipedia.org/wiki

., 8-9-2015. (tempat dan naskah Perjanjian Giyanti)

https://www.google.co.id/search

=benteng+moraya

https://www.google.com/search

=perjanjian

tordesillas, 15-10-2015

https://www.google.com/search

=jp.coen, 17-10-2015

https://www.google.com/search

=jung

+indonesia, 18-10-2015

https://id.wikipedia.org./wiki

=tembakau, 4-1-2016

https://www.google.co.id/search

=kemiskinan

, 4-1-2016

https://www.google.co.id/search

=batas+wilayah

, 4-1-2016

https://www..google.co.id/search=perang

sultan Ageng,

30-1-2016

249

Sejarah Indonesia

Profil Penulis

Nama Lengkap

: Amurwani Dwi Lestariningsih, S.Sos.,

M.Hum

Telp Kantor/HP

: 08121098998

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Kompleks Kemdikbud, Gedung E

lantai 9, JL. Jenderal Sudirman,

Senayan, Jakarta

Bidang Keahlian

: Sejarah Lisan

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Kepala Sub. Direktorat Pemahaman Sejarah (2007-2012)

2.

Kepala Sub. Direktorat Sejarah (2012-2015)

3.

Kepala Sub. Direktorat Nasional (2015- sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Jurusan Sejarah, Universitas Indonesia

(2004-2006)

2.

S1: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Sosiologi, Universitas Sebelas

Maret (1988 – 1994)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Pancasila : Nilai Budaya, Ideologi Bangsa, dan Harapan Kita, (Penerbit

Kemenbudpar-2010)

2.

Panglima Soedirman Pejuang Tanpa Pamprih (Tim), (Penerbit

Kemenbudpar-2010)

3.

Gerwani : Kisah Tahanan Politik Wanita di Kamp Plantungan, (Penerbit

Kompas-2011)

4.

Malam Bencana 1965 Dalam Belitan Krisis Nasional Buku I, (Penerbit Yayasan

Obor-2013)

5.

MPR hingga Reformasi, (Penerbit MPR-2012)

6.

Indonesia Across Orders: Arus Bawah Sejarah Bangsa (1930-1960),

(Penerbit Yayasan Obor-2012)

7.

Buku Pelajaran Sejarah Kelas X; Kurikulum 2013, (Penerbit Kemdikbud-2012)

8.

Buku Pegangan Guru Sejarah Kelas X, Kurikulum 2013, (Penerbit

Kemdikbud-2012)

9.

Buku Pelajaran Sejarah Kelas XI; Kurikulum 2013, (Penerbit Kemdikbud-2013)

10.

Buku Pegangan Guru Sejarah Kelas XI, Kurikulum 2013, (Penerbit

Kemdikbud-2013)

250

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Profil Penulis

Nama Lengkap

: Sardiman AM. M.Pd.

Telp Kantor/HP

: 0274 548202/0811255660

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Jl. Colombo No.1, Yogyakarta

Bidang Keahlian

: Sejarah Pemikiran

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen Pendidikan Sejarah, FIS-UNY, (1980-sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Ilmu Pendidikan Kons. IPS, Pascasarjana UNY, (2013- sedang menyusun

disertasi)

2.

S2: Pendidikan Sejarah UNS (1986-1990)

3.

S1: Pendidikan Sejarah FKIS-IKIP Yogyakarta ( 1970-1976).

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Memahami Sejarah, Yogyakarta: Bigraaf, (2004)

2.

Guru Bangsa: Sebuah Biografi Jenderal Sudirman, Yogyakarta: Ombak (2008)

3.

Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada,

(2014: cetakan ke-22)

4.

Demokratisasi dan Defeodalisasi Masa Umar bin Abdul Aziz, Yogyakarta:

UnyPress, (2015)

5.

IPS Terpadu; Buku teks Pelajaran IPS, Surakarta: Tiga Serangkai (2007)

Judul Buku dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Sejarah dan Profil Bangsa Yahudi dalam Al-Qur’an: Kajian terhadap Surat

Al Baqarah, (2008)

2.

Dinamika Kebijakan Pendidikan pada Masa Orde Baru (Kebijakan Menteri

Daoed Joesoef dan Nugroho Notosusanto), (2012)

3.

Konsep Pendidikan Ki Hadjar Dewantara: Kajian terhadap Taman Indria dan

Konsep Paguron Tamansiswa, (2013)

251

Sejarah Indonesia

Profil Penelaah

Nama Lengkap

: Baha` Uddin, S.S., M.Hum

Telp Kantor/HP

: 0274-513096/081226563523

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Fakultas Ilmu Budaya UGM, Jl. Sosio-Humaniora No. 1

Bulaksumur, Yogyakarta

Bidang Keahlian

: Sejarah Indonesia

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Staf Pengajar, Jurusan Sejarah, FIB-UGM (1999- sekarang)

2.

Staf Peneliti, Pusat Studi Korea UGM (1998-sekarang)

3.

Staf Peneliti Pusat Manajemen Kesehatan Pelayanan Kesehatan FK-UGM

(2000-2001)

4.

Staf Dewan Kebudayaan Prop. DIY

(2005)

5.

Anggota Revisi Kurikulum IPS Sejarah SMA, BSNP,Depdiknas

(2005-2006)

6.

Anggota Unit Laboratorium Terpadu FIB UGM (2006-sekarang)

7.

Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara LPPM

UGM di Jember, Jatim (2006)

8.

Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara LPPM

UGM di Jember dan Banyuwangi, Jatim (2007)

9.

Dosen Pembimbing Lapangan KKN PPM Pembrantasan Buta Aksara, LPPM

UGM di Wonosobo, Jawa Tengah (2008)

10.

Dosen Pembimbing Tutor Program Layanan Masyarakat Pembrantasan Buta

Aksara, LPPM UGM di Wonosobo, Jawa Tengah (2008)

11.

Reviewer Buku Pelajaran IPS Sejarah SMU, BNSP Depdiknas (2007)

12.

Bendahara Jurusan Sejarah FIB UGM (2007 - 2012)

13.

Sekretaris Jurusan Sejarah FIB-UGM (2007-2015)

14.

Reviewer Buku Pelajaran IPS Sejarah SD & SMP, BNSP Depdiknas (2008)

15.

Tim Teknis Program Layanan Masyarakat Pembrantasan Buta Aksara LPPM

UGM (2008)

16.

Reviewer Buku Pelajaran Sejarah Kurikulum 2013 (2013-2015)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2: Program Pascasarjana/Program Studi Humaniora/Universitas

Gadjah Mada (2000 – 2005)

2.

S1: Fakultas Sastra/Jurusan Sejarah/Prodi Ilmu Sejarah/Universitas

Gadjah Mada (1993 – 1998)

Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Penelaah Buku Mata Pelajaran Sejarah untuk Sekolah Menengah Umum dan

Sederajat-Depdiknas (2007)

2.

Penelaah Buku Mata Pelajaran IPS Terpadu untuk Sekolah Dasar dan Sekolah

Menengah Pertama-Depdiknas (2008)

252

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

3.

Penelaah Buku Pelajaran IPS Sejarah SD & SMP-Depdiknas (2008)

4.

Penelaah Buku Pelajaran IPS Sejarah SMA-Depdiknas (2011)

5.

Penelaah Buku Pengayaan IPS dan Sejarah Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)

5.

Penelaah Buku Palajaran Sejarah Kelas XI Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)

7.

Penelaah Buku Palajaran Sejarah Kelas XII Kurikulum 2013-Kemendikbud (2013)

8.

Penelaah Buku Non-Teks IPS dan Sejarah Kurikulum 2013-Kemendikbud (2014)

9.

Penelaah Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas X SMALB Kurikulum 2013-Ke

mendikbud (2015)

10.

Penelaah Buku Pelajaran Sejarah Indonesia Kelas XI SMALB Kurikulum 2013-Ke

mendikbud (2015)

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

Pemahaman Antarbudaya dan Budaya Kerja pada Karyawan PT LG Electronics

Indonesia, Legok, Tangerang, Banten (2005)

2.

Dari Mantri Hingga Dokter Jawa: Studi Tentang Kebijakan Pemerintah Kolonial

dalam Penanganan Penyakit Cacar dan Pengaruhnya terhadap Pelayanan

Kesehatan Masyarakat Jawa pada Abad XIX sampai Awal Abad XX (2006)

3.

Studi Teknis Tamansari Pasca Gempa Bidang Sejarah (2007)

4.

Sejarah Perkembangan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (2008)

5.

Dinamika Pergerakan Perempuan di Indonesia (2009)

6.

Lebaran dan Kontestasi Gaya Hidup: Perubahan sensibilitas Masyarakat Gunung

Kidul Tahun 1990-an (2009)

7.

Dari Gropyokan hingga Sayembara: Studi Kebijakan Pemerintah Lokal Kadipaten

Pakualaman dalam Pengendalian Penyakit Pes Tahun 1916 - 1932 (2009)

8.

Sejarah dan Silsilah Kesultanan Kotawaringin (2009)

9.

Hari Jadi Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta (2010)

10.

Kebijakan Propaganda Kesehatan pada Masa Kolonial di Jawa (2010)

11.

Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Komunitas dalam Bidang Kesehatan dan

Pembangunan Pedesaan di Banjarnegara 1972-1989 (2011)

12.

Antara Tradisi dan Mentalitas: Dinamika Kehidupan Komunitas Pengemis di

Dusun Wanteyan, Grabag, Magelang (2011)

13.

Penyakit Sosial Masyarakat di Kadipaten Pakualaman pada masa Pakualam VIII

(1906-1937) (2012)

14.

Warisan Sejarah, Preservasi dan Konflik Sosial Di Ujung Timur Jawa:

Pemberdayaan Masyarakat Lokal Dan Penyelamatan Warisan Sejarah Dan

Budaya Situs Kerajaan Macan Putih Di Kabupaten Banyuwangi (2012)

15.

Kretek Indonesia: Dari Nasionalisme Hingga Warisan Budaya (2013)

16.

Sejarah Nasionalisasi Aset-aset BUMN: Dari Perusahaan Kolonial Menjadi

Perusahaan Nasional (2013)

17.

Westernisasi dan Paradoks Kebudayaan: Elit Istana Jawa Pada Masa Paku

Alam V (1878-1900) (2013)

18.

Pemetaan Daerah Rawan Konflik Sosial di DIY (2013)

19.

Bangsawan Terbuang: Studi Tentang Transformasi Identitas Bangsawan Jawa di

Ambon 1718-1980an (2014)

20.

Kajian Hari Jadi Daerah Istimewa Yogyakarta (2015)

21.

Ensiklopedi Budaya Kabupaten Kulonprogo (2015)

253

Sejarah Indonesia

Profil Penelaah

Nama Lengkap

: Prof. Dr. Hariyono, M.Pd

Telp Kantor/HP

: 0341-562778 / 0818380812

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Jl. Semarang 5 Malang

Bidang Keahlian

: Sejarah Indonesia

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen Sejarah di Universitas Negeri Malang (1988 – sekarang)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Ilmu Budaya / Ilmu Sejarah / Universitas Indonesia (1999 – 2004)

2.

S2: PPs / Pendidikan Sejarah / IKIP Jakarta (1990 – 1995)

3.

S1: Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial/Pendidikan Sejarah/IKIP Malang

(1982 – 1986)

Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Nasionalisme Indonesia, Kewarganegaraan dan Pancasila. Malang. UM Press

(2010)

2.

Kedaulatan Indonesia Dalam Perjalanan Sejarah Politik. Malang. UM Press

(2011)

3.

Nasionalisme dan Generasi Muda Indonesia. Surabaya. Sekretariat Daerah

Propinsi Jawa Timur (2012)

4.

Arsitektur Demokrasi Indonesia; Gagasan Awal Demokrasi Para Pendiri

Bangsa.

Malang. Setara Press (2013)

5.

Dinamika Revolusi Nasional. Malang. Aditya Media (2013)

6.

Ideologi Pancasila, Roh Progresif Nasionalisme Indonesia. Malang. Intrans

Publishing (2014)

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

Pemikiran Demokrasi menurut Pendiri Bangsa

2.

Sistem Among : Pemikiran Ki Hajar Dewantara

3.

Kekuasaan Raffles di Indonesia

254

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Profil Penelaah

Nama Lengkap

: Dr. Mumuh Muhsin Z., M.Hum.

Telp Kantor/HP

: 022-7796482/08112322511

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Jl. Raya Bandung-Sumedang km. 21 Jatinangor,

Sumedang

Bidang Keahlian

: Ilmu Sejarah

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Budaya (2016-2021)

2.

Ketua MSI Cabang Jawa Barat sejak (2010-sekarang)

3.

Sekretaris Prodi S2 Kajian Budaya FIB Unpad (2011-2013).

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Sastra/Jurusan Ilmu Sejarah/Program Studi Ilmu Sejarah/

Universitas Padjadjaran (2010)

2.

S2: Fakultas Pascasarjana/Jurusan Ilmu Humaniora/Program Studi Sejarah/

Universitas Gadjah Mada (1993)

3.

S1: Fakultas Sastra/Jurusan Sejarah Universitas Padjadjaran (1986)

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

Priangan Abad ke-19; Kondisi Geografi, Ekonomi, dan Sosial (2008)

2.

Jatigede dalam Tinjauan Sejarah dan Budaya (2008)

3.

Kondisi Sosial-Ekonomi Cianjur Abad ke-19. (2009)

4.

Identifikasi Masalah Kebudayaan Sunda Masa Lalu, Masa Kini, dan Masa Yang

Akan Datang (2011)

5.

Bunga Rampai; Mozaik Budaya dan Sejarah dari Kampung Naga hingga

Partai Rakyat Pasundan (editor) (2012)

6.

Bunga Rampai; Pelangi Tradisi dan Sejarah dari Kampung Adat Kuta hingga

Peran Ulama Banten (editor) (2012)

7.

Bunga Rampai; Pelestarian Budaya dan Sejarah Lokal (editor) (2012)

8.

Inventarisasi dan Dokumentasi Sistem Mata Pencaharian yang Ada dan

Berkembang di Jawa Barat (2012)

9.

Kearifan Budaya Masyarakat Nelayan Jawa Barat dalam Menghadapi

Perubahan Ekosistem (2013)

255

Sejarah Indonesia

Profil Penelaah

Nama Lengkap

: Dr. Mohammad Iskandar

Telp Kantor/HP

: 08129689391

E-mail

: [email protected]

Alamat Kantor

: Komplek UI, Jl. Margonda Raya, Depok, Jabar

Bidang Keahlian

: Sejarah

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1.

Dosen Ilmu Sejarah di Universitas Indonesia, Depok (2010 – 2016)

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S3: Fakultas Ilmu PengetahuajnBudaya/Program Studi Sejarah – Universitas

Indonesia

2.

S2: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas

Indonesia

3.

S1: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya/Program Studi Sejarah – Universitas

Indonesia

Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XI (Erlangga -2013)

2.

Buku Sejarah Indonesia untuk SMA/MA Kelas XII (Erlangga – 2014)

3.

Sejarah Para Pemikir Indonesia (Depbudpar – 2004)

4.

Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Ilmu Pengetahuan (Raja Grafindo

Persada/Rajawali Pers – 2009)

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

De Javasche Bank 1

828 – 1953. (Bank Indonesia – 2014)

2.

Perjuangan bangsa mendirikan Bank Sentral (Bank Indonesia – 2015)

256

Kelas XI SMA/MA/SMK/MAK

Semester 1

Profil Editor

Nama Lengkap

: Drs. Heni Waluyo Siswanto, M.Pd.

Telp Kantor/HP

: 021-3804248 / 081310813308

E-mail

: [email protected]

Akun Facebook

: hewalsisutaryo

Alamat Kantor

: Pusat Kurikulum dan Perbukuan.

Jalan Gunung Sahari No.4 Jakarta Pusat

Bidang Keahlian

: Sejarah

Riwayat pekerjaan/profesi dalam 10 tahun terakhir:

1. 1994 – 2016: Staf bidang Kurikulum di Pusat Kurikulum dan Perbukuan,

Balitbang, Kemdikbud.

Riwayat Pendidikan Tinggi dan Tahun Belajar:

1.

S2 Program Studi Teknologi Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta.

Tahun masuk 1999. Tahun Lulus 2004.

2.

S1 Jurusan Sejarah Fakultas Sastra, Universitas Gadjah Mada.

Tahun masuk 1985. Tahun Lulus 1990.

Judul Buku Yang Telah Ditelaah dan Tahun Terbit (10 Tahun Terakhir):

1.

Buku Sejarah Indonesia Kelas X, Tahun 2014.

2.

Buku Sejarah Indonesia Kelas XI, Tahun 2015.

Judul Penelitian (10 Tahun Terakhir):

1.

Penelitian tentang Penerapan Pendidikan Karakter di LPTK belum terbit.

2.

Penelitian tetang Implementasi Penilaian Hasil Belajar Siswa belum terbit.

Sekali Anda mencoba narkoba.

Tak akan pernah lepas diri Anda darinya